Periskop.id - Mata uang rupiah ditutup melemah 40 poin pada akhir perdagangan Selasa (11/11/2025) ke posisi Rp16.694 per dolar AS, setelah sempat tertekan hingga 55 poin di level Rp16.709.
Pengamat Ekonomi, Mata Uang, dan Komoditas sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan pelemahan rupiah hari ini dipengaruhi oleh penguatan indeks dolar AS di tengah berkurangnya ketidakpastian politik di Amerika Serikat.
“Dolar AS menguat setelah Senat AS menyetujui RUU pendanaan pemerintah, yang akan mengakhiri penutupan pemerintahan terpanjang dalam sejarah negara itu,” ujar Ibrahim dalam ulasanya, Selasa (11/11).
Menurutnya, berakhirnya penutupan pemerintahan AS akan membuka jalan bagi rilis data ekonomi resmi yang sempat tertunda. Pasar kini menanti data inflasi dan tenaga kerja yang akan menjadi petunjuk arah kebijakan The Fed pada Desember mendatang.
“Selain itu, ketegangan geopolitik di Eropa juga memberi tekanan tambahan terhadap aset berisiko,” imbuh Ibrahim.
Ukraina dilaporkan kembali melancarkan serangan drone ke infrastruktur energi Rusia, yang memicu serangan balasan dari Moskow. Konflik yang berlarut-larut ini mendorong kenaikan harga minyak dunia dan memperkuat dolar AS sebagai aset safe haven.
Dari dalam negeri, perhatian investor tertuju pada isu redenominasi rupiah yang kembali mencuat. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan menegaskan kebijakan pemangkasan tiga digit nol pada rupiah belum akan dilakukan dalam waktu dekat, karena saat ini masih dalam tahap penyusunan regulasi.
Bank Indonesia juga menyatakan, pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Harga Rupiah (Redenominasi) akan terus dilakukan bersama pemerintah dan DPR. Sementara implementasi redenominasi akan mempertimbangkan waktu yang tepat, dengan memperhatikan stabilitas politik, ekonomi, sosial, serta kesiapan teknis.
BI menegaskan, redenominasi tidak akan mengubah daya beli masyarakat maupun nilai tukar rupiah terhadap barang dan jasa. Langkah ini murni untuk penyederhanaan digit nominal agar transaksi menjadi lebih efisien dan sistem pembayaran nasional semakin modern.
“Pada perdagangan besok, rupiah diperkirakan masih bergerak fluktuatif dengan potensi pelemahan di kisaran Rp16.690–Rp16.730 per dolar AS,” imbuh Ibrahim.
Tinggalkan Komentar
Komentar