periskop.id - Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) sekaligus Presiden Partai Buruh Said Iqbal mengungkapkan bahwa situasi politik dan keamanan Indonesia yang belum sepenuhnya kondusif pasca-demonstrasi akhir Agustus 2025 menjadi pertimbangan utama pemindahan lokasi aksi buruh ke Jakarta Convention Center (JCC) Senayan.
“Belajar dari pengalaman 28 Agustus 2025 saat malam hari dan seterusnya yang dilanjutkan beberapa hari kemudian, maka kami berkesimpulan bahwa situasi belum kondusif,” kata Said Iqbal, dalam konferensi pers di Aula JCC Senayan, Kamis (30/10).
Konsolidasi yang dihadiri 5.000 buruh dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) ini tetap mengusung dua tuntutan krusial. Tuntutan tersebut adalah kenaikan upah minimum 2026 sebesar 8,5% hingga 10,5% dan desakan pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Ketenagakerjaan.
Iqbal mengakui JCC Senayan sebetulnya bukan pilihan pertama karena biayanya yang relatif mahal bagi kalangan buruh. Pihaknya awalnya berencana menggunakan Tenis Indoor Senayan yang dinilai lebih terjangkau.
“Sebenarnya kami ingin Tenis Indoor karena yang paling murah terjangkau oleh buruh, tapi ternyata dipakai. Terus, kita ambil yang lebih kecil, di basket hall juga dipakai,” tuturnya.
Karena kedua lokasi incaran telah terisi, Iqbal akhirnya memilih JCC. Ia menjelaskan bahwa pihaknya harus meminta diskon khusus kepada pengelola, yang diduga melibatkan komunikasi dengan Sekretariat Negara, agar biaya dapat terjangkau.
"Faktornya hanya pertimbangan suasana yang belum kondusif secara politik maupun secara keamanan," tegas Iqbal, meluruskan agar tidak terjadi salah paham mengenai pemilihan lokasi mewah tersebut.
Menurutnya, aksi di dalam ruangan bukanlah hal baru. Ia mencontohkan perayaan Hari Buruh (May Day) sebelumnya yang juga pernah digelar di Istora Senayan.
Iqbal menambahkan, hal terpenting adalah pesan perjuangan buruh tetap tersampaikan dan independensi masyarakat sipil terjaga. Ia menilai demokrasi yang sehat harus memberi ruang ekspresi bagi rakyat.
“Kalau kalangan masyarakat sipil, termasuk serikat buruh... dilarang berekspresi, maka demokrasi sudah mati,” tegasnya.
Meski demikian, Iqbal menegaskan pihaknya tidak menolak aksi di lapangan. Ia mengaku sepakat dengan arahan Presiden Prabowo Subianto bahwa demonstrasi diperbolehkan selama tidak anarkis, tanpa kekerasan, dan tidak melakukan perundungan (bullying).
Ribuan buruh yang memadati JCC hari ini berasal dari berbagai wilayah, mencakup Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Karawang, Purwakarta, Serang, dan Cilegon.
Selain di JCC, aksi serupa juga dilaporkan berlangsung di titik lain seperti DPR RI dan Istana Negara, serta di berbagai kantor gubernur, mulai dari Semarang, Surabaya, Makassar, Batam, hingga Ternate.
Tinggalkan Komentar
Komentar