Periskop.id - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menetapkan pengembangan pariwisata ramah muslim sebagai salah satu program prioritas nasional, sejalan dengan peningkatan populasi dan daya beli wisatawan muslim di seluruh dunia. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan kualitas dan keberlanjutan sektor pariwisata Indonesia.

Hal ini disampaikan oleh Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenpar, Hariyanto, dalam sebuah Media Briefing bertajuk "Membangun Pariwisata Halal: Tren, Tantangan, dan Peluang Global" di Hotel Santika Premiere ICE BSD City, Kabupaten Tangerang, pada Kamis (25/9).

Diversifikasi Atraksi dan Kualitas Pariwisata

Hariyanti menjelaskan bahwa pengembangan pariwisata ramah muslim telah secara eksplisit disebutkan dalam rencana pembangunan jangka menengah.

"Dalam RPJMN (2025-2029) ini memang pariwisata ramah muslim itu sudah ter-mention di dalam turunan dari program prioritas, yaitu pembangunan pariwisata berkualitas dan berkelanjutan, salah satunya adalah pariwisata ramah muslim," ungkap Hariyanto.

Fokus ini menuntut kementerian untuk melakukan diversifikasi. 

"Jadi kami itu harus mendiversifikasi atraksi pariwisata, yang mana salah satunya itu adalah temanya pariwisata ramah muslim," lanjutnya.

Hariyanto menambahkan bahwa program prioritas ini menekankan dua aspek kunci, yakni kualitas dan keberlanjutan. 

"Jadi berkualitas itu maksudnya adalah kita harus bisa mendapatkan wisatawan yang memiliki, misalnya pengeluarannya besar dan waktu tinggalnya juga lebih lama. Berkelanjutan itu adalah kita harus memberikan kontribusi kepada masyarakat lokal dan juga bisa memberikan kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi negara," jelasnya.

Potensi Pasar Wisatawan Muslim Global

Keputusan Kemenpar untuk memprioritaskan pariwisata ramah muslim tidak terlepas dari besarnya potensi pasar global. Hariyanti menyoroti pertumbuhan populasi muslim dunia yang masif.

"Jadi kita melihat, dari pertumbuhan populasi muslim yang ada di dunia, itu di tahun 2025, ada sebesar kurang lebih 2,19 miliar jiwa. Pertumbuhan (populasi) ini akan meningkat kurang lebih menjadi 2,54 miliar jiwa di tahun 2035," papar Hariyanto.

Pertumbuhan populasi ini berbanding lurus dengan peningkatan aktivitas wisata mereka.

"Bagaimana karakter dari mereka (orang muslim) dalam melakukan perjalanan wisata? Estimasi perjalanan wisatanya itu ada 230 juta perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan muslim (pada 2028) dan spending-nya itu mencapai US$225 miliar," kata Hariyanti, menegaskan nilai ekonomi yang sangat besar dari sektor ini.

Roadmap dan Langkah Strategis Kemenpar

Untuk menggarap pasar bernilai ratusan miliar dolar AS ini, Kemenpar telah dan akan terus menjalankan serangkaian program strategis:

  • Indonesia Muslim Travel Index (IMTI): Program pengukuran daya saing ini telah dimulai sejak 2018 dan 2019, sempat terhenti pada 2020 akibat pandemi, dan kembali dilaksanakan pada IMTI 2023. Program IMTI 2025 saat ini sedang dalam proses.
  • Panduan dan Pedoman:
    • Panduan Penyelenggaraan Pariwisata Halal (2019).
    • Rencana Strategis Pengembangan Pariwisata Halal 2019-2024.
    • Panduan Pariwisata Ramah Muslim di 5 Destinasi Favorit (2021).
    • Pedoman Layanan Dasar Pariwisata Ramah Muslim (2024).
    • Petunjuk Teknis Destinasi Wisata Ramah Muslim (2025).
  • Program Tematik: Kemenpar juga mengembangkan program wisata berbasis keagamaan dan budaya seperti Mudik Jelajah Masjid (2023) dan Wisata Masjid Nusantara (2023) untuk menarik wisatawan domestik dan mancanegara.