Periskop.id - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti optimistis, program pembelajaran mendalam (deep learning) tidak akan berhenti di tengah jalan. Ia memastikan program tersebut terimplementasi secara bertahap di sekolah-sekolah.
Abdul Mu’ti setelah menghadiri Seminar Internasional Pendidikan diadakan di Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (20/11) mengatakan, pendekatan pembelajaran tersebut mulai terimplementasi di sekolah-sekolah yang ditunjuk oleh Kemendikdasmen.
"Karena itu kami melakukannya secara bertahap, dan tidak ada kekhawatiran bahwa program ini akan berhenti di tengah jalan, karena insyaallah sudah kita siapkan dengan sebaik-baiknya, dan banyak pihak yang mendukung untuk penerapannya," kata dia.
Untuk diketahui, pembelajaran mendalam merupakan pendekatan pembelajaran berfokus pada pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan penerapan pengetahuan dalam konteks dunia nyata.
Pendekatan itu didasarkan pada prinsip pembelajaran yang berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful). Tujuannya, memuliakan murid agar mencapai pembelajaran yang optimal dan mendalam.
Prinsip pembelajaran deep learning mengharuskan guru memberikan kesempatan kepada peserta didik, untuk memperoleh pengalaman belajar melalui proses perolehan pengetahuan, pengaplikasian dalam berbagai konteks, serta refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan.
Ia mengingatkan, pembelajaran mendalam bukan sebuah kurikulum tetapi pendekatan atau strategi pembelajaran. Konsep pembelajaran mendalam, kata dia, dapat diterapkan baik dalam Kurikulum 2013 maupun Kurikulum Merdeka.
Pelatihan untuk para guru terkait dengan metode belajar itu, masih berjalan, termasuk dalam seminar yang dilakukan pada hari ini.
"Karena memang ini kan pelatihan yang perlu waktu lama, sehingga penerapannya pun kami lakukan secara bertahap, tidak secara serentak, yang mudah-mudahan dengan cara seperti itu penerapannya bisa sesuai dengan apa yang menjadi arah kebijakan pembelajaran mendalam," tuturnya.
Menurut data Guru, Tenaga Kependidikan dan Pendidikan (GTKPG) Kemendikdasmen, pelatihan pembelajaran mendalam sudah dilakukan di 67.671 sekolah, untuk lebih dari 15.000 fasilitator dan 220.000 peserta guru.
Bukan Kurikulum
Abdul Mu’ti pun mengingatkan, program pembelajaran mendalam (deep learning) bukanlah kurikulum, tapi strategi pembelajaran untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
"Saya ingin pertegas bahwa deep learning itu bukan kurikulum. Tetapi pendekatan atau strategi pembelajaran yang diharapkan dapat memperbaiki kualitas pembelajaran," bebernya.
Dia menjelaskan, deep learning menekankan kepada pemahaman mendalami, kemampuan untuk berpikir kritis dan kreativitas para peserta didik. Substansi yang ditekankan adalah pada proses pembelajaran.
Tidak hanya itu, dia menyoroti pentingnya fondasi memuliakan ilmu, memuliakan guru dan memuliakan murid. Hal ini untuk mendorong kecintaan kepada ilmu demi membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan.
Dia mengingatkan bahwa dalam pendekatan itu, guru menjadi fasilitator pembelajaran sehingga pendekatan yang dipakai adalah pendekatan partisipatif, yakni guru menjadi bagian dari proses pembelajaran yang ada.
"Murid itu sejak awal ikut dan mereka menjadi bagian dari proses itu dan guru juga terlibat di situ. Sehingga penjelasan guru sebagai fasilitator dalam deep learning itu tidak berarti student active learning, teacher active chatting," jelasnya.
Dia memberikan contoh bagaimana guru tidak hanya memberikan pekerjaan rumah dan sekedar melakukan koreksi, menjadikan pembelajaran hanya diukur untuk mengejar angka atau nilai.
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Guru, Tenaga Kependidikan dan Pendidikan (GTKPG) Kemendikdasmen Nunuk Suryani mengatakan, seminar tersebut dilakukan untuk menjawab kebutuhan akan guru yang menjadi pendamping dan pembimbing. Khususnya untuk peserta didik membangun kemampuan berpikir kritis, memiliki kreativitas dan menciptakan karakter yang kuat.
"Dalam kerangka kebijakan pembelajaran mendalam yang menjadi fokus nasional kita, kita menegaskan bahwa perang guru harus mengalami transformasi mendesak. Bapak-Ibu, diharapkan tidak hanya berfungsi sebagai penyampai materi, tapi juga sebagai pemimpin dan fasilitator utama di ekosistem belajar," tutur Nunuk Suryani.
Tinggalkan Komentar
Komentar