periskop.id - Pakar Teknologi Hasil Perikanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Indun Dewi Puspita menyatakan bahwa isu penolakan udang beku asal Indonesia oleh Amerika Serikat merupakan masalah krusial yang menyangkut citra produk perikanan nasional di tingkat global. 

Menurutnya, seluruh pemangku kepentingan harus menangani persoalan ini secara serius.

“Hal ini menjadi isu yang sangat penting, khususnya untuk jaminan mutu produk perikanan Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (25/8).

Pernyataan ini merespons rekomendasi penarikan produk oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) terhadap udang beku merek Great Value. 

Produk yang diimpor dari PT Bahari Makmur Sejati itu terdeteksi mengandung isotop radioaktif Cesium-137 pada level 68,48 Bq/kg. Meskipun kadar tersebut masih di bawah ambang batas intervensi FDA, otoritas AS tetap merekomendasikannya sebagai langkah pencegahan.

Indun menjelaskan, kasus ini berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan, tidak hanya dari produk yang ditolak, tetapi juga mencoreng catatan perdagangan Indonesia di pasar dunia. Kepercayaan menjadi faktor penentu dalam perdagangan internasional, di mana konsumen menuntut produk yang terjamin keamanannya.

“Kerugiannya sangat besar, dan di sisi lain perdagangan produk perikanan Indonesia menjadi catatan di perdagangan global, sehingga jaminan mutu harus benar-benar diperhatikan,” kata Indun.

Ia menambahkan, insiden terkait kualitas dan keamanan pangan dapat menurunkan kepercayaan pasar secara drastis. 

Dampak jangka panjangnya adalah penurunan nilai jual produk serta kontraksi produksi di tingkat domestik. 

Hal ini pada akhirnya akan merugikan pembudidaya dan petambak udang yang menanggung biaya produksi tinggi.

Untuk memulihkan kepercayaan, Indun menekankan pentingnya respons yang cepat serta penerapan prinsip transparansi dan sistem ketertelusuran (traceability) yang andal. 

Dengan sistem tersebut, sumber kontaminasi dapat dilacak dan langkah perbaikan bisa segera diimplementasikan untuk mencegah kerugian lebih besar.

Menurutnya, Cesium-137 bukanlah zat yang terbentuk secara alami, melainkan berasal dari aktivitas manusia seperti uji coba nuklir atau insiden reaktor. 

Zat ini dapat masuk ke rantai pangan, termasuk biota perairan seperti udang, melalui siklus lingkungan yang kompleks. 

Oleh karena itu, penerapan sistem jaminan mutu yang kuat dari hulu ke hilir menjadi sebuah keharusan.