periskop.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini, Kamis 20 November 2025 diperkirakan begerak sideways. Sebelumnya, IHSG parir di zona hijau seiring kebijakan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan.
Secara teknikal, IHSG ditutup di atas level MA5. Namun indikator MACD berpotensi terjadi Death Cross dan indikator Stochastic RSI bergerak melemah.
“Dalam jangka pendek, IHSG diperkirakan masih akan bergerak sideways di kisaran 8.300-8.450,” ulas Tim Riset Phintraco Sekuritas, Kamis (20/11). Beberapa saham yang bisa dicermati hari ini, antara lain HRTA, SMGR, ISAT, PYFA dan SSIA.
IHSG ditutup menguat di level 8406.58 atau naik 0,53% pada perdagangan Rabu (19/11). Seperti yang diperkirakan RDG BI mempertahankan BI Rate tetap pada level 4.75% (19/11), yang merupakan level terendah sejak Oktober 2022.
“Keputusan ini sesuai dengan pandangan BI bahwa laju inflasi masih akan dalam kisaran target BI di 1.5%-3.5%, stabilisasi nilai tukar rupiah, serta langkah-langkah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” tulis riset yang sama.
Hal ini membuat Rupiah bergerak menguat terhadap Dolar AS (19/11). Sementara itu tingkat pertumbuhan kredit bulan Oktober 2025 melambat menjadi 7.36% YoY dari 7,7% di September 2025, yang merupakan pertumbuhan terendah sejak Juli 2025, akibat melemahnya daya beli kelas menengah dan kehati-hatian bank dalam menyalurkan kredit.
BI memprediksi pertumbuhan kredit akan berada di kisaran bawah target 8-11% YoY di tahun 2025 dan akan tumbuh lebih kuat di tahun 2026.
Dari Tiongkok (20/11), bank sentral Tiongkok (PBoC) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pinjaman 1 tahun di 3% dan tenor 5 tahun di 3.5%. Sedangkan dari AS, dijadwalkan akan dirilis data nonfarm payrolls September 2025 yang diperkirakan terjadi penyerapan tenaga kerja sebanyak 50 ribu, naik dari 22 ribu di Agustus 2025. Tingkat pengangguran AS diperkirakan tetap di level 4.3%.
Indeks di Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Rabu (19/11). Saham sektor teknologi rebound menjelang dirilisnya laporan keuangan Nvidia pasca penutupan bursa.
Nvidia diperkirakan membukukan pertumbuhan penjualan yang kuat, didorong oleh permintaan untuk chip AI dan infrastruktur lainnya. Nvidia memproyeksikan pendapatan pada kuartal IV 2025 di atas estimasi di tengah keraguan pasar akan valuasi saham AI, membuat harga sahamnya menguat di extended trading.
Sementara itu para pejabat the Fed menyatakan pandangan yang berbeda tentang arah kebijakan moneter ke depan, menimbulkan keraguan yang signifikan terhadap penurunan suku bunga di Desember. Saat ini peluang penurunan suku bunga the Fed di Desember hanya sekitar 26%, turun tajam dari sekitar 94% sebulan yang lalu.
Dari Eropa, inflasi di Inggris tercatat melambat menjadi 3.6% YoY pada Oktober 2025 dari 3.8% di bulan sebelumnya selama tiga bulan terakhir (19/11), sehingga merupakan level terendah dalam empat bulan terakhir.
U.S. 10-year Bond Yield naik lebih dari 1 bps ke level 4.133%, di tengah pandangan yang berbeda diantara pejabat the Fed mengenai prospek suku bunga. Harga emas spot menguat 1.2% di level US$4,116/troy oz (18/11), karena meningkatnya permintaan akan aset safe haven di tengah ketidakpastian.
Harga minyak mentah melemah setelah adanya upaya AS untuk mengakhiri perang Rusia di Ukraina dan telah menyusun kerangka kerja untuk itu, meskipun data cadangan minyak AS berkurang lebih banyak dari perkiraan.
Tinggalkan Komentar
Komentar