periskop.id - Bayangkan Anda sedang menikmati sepiring nasi hangat dengan sambal segar. Gigitan pertama terasa nikmat, namun beberapa detik kemudian, lidah mulai terasa terbakar.
Sensasi ini bukan sekadar rasa, melainkan reaksi kimia yang kompleks di dalam mulut. Penyebab utama rasa pedas pada sambal adalah senyawa bernama capsaicin.
Molekul ini ditemukan pada cabai dan bekerja dengan menempel pada reseptor saraf di lidah yang disebut TRPV1. Reseptor ini biasanya merespons panas fisik, sehingga otak tertipu seolah mulut sedang terbakar.
Capsaicin memiliki sifat unik: ia larut dalam lemak dan minyak, tetapi hampir tidak larut dalam air. Inilah alasan mengapa meneguk segelas air dingin setelah makan sambal sering kali tidak membantu. Air hanya melewati permukaan lidah tanpa mengangkat molekul capsaicin yang menempel erat.
Di sinilah susu sapi memainkan peran penting.
Susu mengandung casein, sejenis protein yang bersifat lipofilik atau “menyukai lemak”. Casein dapat membungkus molekul capsaicin, memisahkannya dari reseptor saraf, lalu membawanya pergi bersama cairan saat ditelan.
Proses ini mirip dengan cara sabun membersihkan minyak di piring. Sabun memiliki bagian yang larut dalam air dan bagian yang larut dalam lemak, sehingga dapat mengangkat minyak dari permukaan.
Casein bekerja dengan prinsip serupa, hanya saja targetnya adalah capsaicin di mulut.
Efektivitas susu sapi juga dipengaruhi oleh kandungan lemaknya. Susu full cream, misalnya, memiliki lebih banyak lemak yang dapat membantu melarutkan capsaicin dibanding susu rendah lemak. Namun, casein tetap menjadi faktor utama yang membuat susu unggul dibanding minuman lain.
Apakah Ada Alternatif Selain Susu?
Minuman beralkohol dengan kadar tinggi atau minyak nabati juga dapat melarutkan capsaicin, tetapi keduanya tidak selalu praktis atau sehat untuk dikonsumsi dalam jumlah besar saat makan. Akhirnya, susu sapi menjadi pilihan alami yang aman dan mudah ditemukan.
Menariknya, tidak semua “susu” memiliki efek yang sama. Susu nabati seperti susu kedelai atau susu almond tidak mengandung casein, sehingga kemampuannya meredakan pedas jauh lebih rendah.
Begitu pula santan, meskipun berlemak, tidak memiliki protein pengikat capsaicin yang sama.
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi susu setelah paparan capsaicin dapat mengurangi sensasi pedas secara signifikan dalam hitungan detik. Hal ini membuktikan bahwa interaksi molekuler antara casein dan capsaicin benar-benar efektif.
Selain mengurangi rasa pedas, susu juga memberikan efek menenangkan pada mulut. Suhu dingin susu membantu meredakan peradangan ringan yang mungkin terjadi akibat iritasi capsaicin pada jaringan mulut.
Namun, perlu diingat bahwa susu bukanlah “obat” untuk semua tingkat kepedasan. Sambal dengan konsentrasi capsaicin sangat tinggi mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk dinetralisir, bahkan dengan bantuan susu.
Jadi, lain kali ketika sambal membuat lidah Anda terasa terbakar, ingatlah bahwa segelas susu sapi bukan hanya tradisi, tetapi solusi ilmiah interaksi protein dan molekul yang nyata.
Tinggalkan Komentar
Komentar