Periskop.id - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) tengah memasuki fase modernisasi besar-besaran, tidak hanya memperkuat armada yang sudah ada tetapi juga mengakuisisi jet tempur generasi 4.5 multirole dari berbagai negara. Langkah ini bertujuan untuk mewujudkan kekuatan pertahanan udara yang kredibel dan disegani di kawasan, sekaligus mencapai target Optimum Essential Force (OEF) yang diperkirakan rampung pada tahun 2029.

Berdasarkan informasi dari berbagai sumber resmi, berikut adalah daftar armada jet tempu canggih milik TNI AU.

Armada yang Beroperasi

Hingga saat ini, kekuatan udara TNI AU masih bertumpu pada sejumlah alutsista andalan, seperti:

  1. F-16 Fighting Falcon (Amerika Serikat)

    F-16 tetap menjadi tulang punggung skuadron tempur. Data terbaru mencatat TNI AU memiliki sekitar 33 unit F-16 dengan berbagai varian. Unit-unit ini mencakup satu F-16 A/B (generasi awal), sembilan F-16 AM/BM (generasi pertama yang telah dimodernisasi/diperbarui), serta 23 F-16 C/D (generasi kedua) yang seluruhnya sudah dilengkapi sistem avionik terbaru.
  2. Sukhoi Su-27 dan Su-30 (Rusia)

    Keluarga Sukhoi (varian Flanker) berfungsi sebagai jet heavy fighter dan multirole. Total armada Sukhoi Indonesia berjumlah 16 unit, dengan rincian akuisisi bertahap pada 2003 (2 unit Su-27 dan 2 unit Su-30), 2008 (3 unit Su-27 dan 3 Unit Su-30), dan 2012 (6 unit Su-30).
  3. T-50i Golden Eagle (Korea Selatan)

    Jet latih-tempur ringan ini ditempatkan di Skuadron Udara 15 Tempur Lanud Iswahjudi. Dari 16 unit yang diterima pertama kali pada 2014, saat ini tersisa 15 unit setelah satu unit mengalami kecelakaan pada 2022. Namun, modernisasi terus berjalan dengan penambahan 6 unit T-50i yang dijadwalkan tiba secara bertahap mulai November 2025 hingga tahun 2026.

Armada Dalam Pesanan

Komitmen modernisasi TNI AU terlihat jelas dari serangkaian kontrak pembelian jet tempur generasi terbaru yang sudah diteken atau diumumkan, yang terdiri dari:

  • Dassault Rafale (Prancis)

    Indonesia telah menyepakati kontrak pembelian total 42 unit Rafale senilai US$8,1 miliar sejak Februari 2022. Jet tempur omnirole ini akan ditempatkan di Wing Udara 6 TNI AU, dengan Skadron Udara 12 di Lanud Roesmin Nurjadin sebagai unit pengoperasi pertama. Pengiriman batch pertama yang terdiri dari tiga pesawat dijadwalkan tiba pada Februari–Maret 2026, diikuti pengiriman bertahap hingga seluruh unit terpenuhi.
  • TAI KAAN (Turki)

    Dalam langkah diversifikasi yang mengejutkan, Indonesia menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Turki pada Juni 2025 untuk mengakuisisi 48 unit jet tempur generasi kelima KAAN. Akuisisi ini diperkirakan bernilai sekitar US$10 miliar, menjadikan Indonesia negara pertama yang memesan jet tempur generasi baru buatan Turkish Aerospace Industries (TAI) ini.
  • Chengdu J-10C (Tiongkok)

    Opsi pembelian puluhan J-10C, dengan rencana 42 unit, sempat mengemuka dengan nilai kontrak sekitar US$9 miliar sebagai alternatif pemasok. Meskipun beberapa laporan menyebut keputusan akhir diserahkan kepada Kementerian Pertahanan, opsi ini menunjukkan upaya Indonesia untuk mendiversifikasi sumber alutsista strategis.

Kemandirian Industri melalui Program KF-21

Selain pengadaan langsung, Indonesia juga aktif dalam program kerja sama industri strategis. Indonesia tetap terlibat dalam program jet tempur generasi 4.5 KF-21 Boramae bersama Korea Selatan.

Pada Juni 2025, Pemerintah Indonesia merevisi perjanjian proyek KF-21, di mana Indonesia dipastikan akan memperoleh 48 unit jet tempur KF-21 Boramae. Program ini penting tidak hanya untuk pengadaan alutsista canggih, tetapi juga untuk pembangunan kapasitas dan transfer teknologi (ToT) bagi industri pertahanan nasional.