periskop.id - Kinerja di sektor ekonomi Indonesia dihadapkan pada ketidakpastian global. Namun, prospek di sektor properti di Indonesia, Pinhome justru menunjukkan  sinyal yang positif pada kuartal tiga tahun 2025. 

Di tengah tekanan ekonomi dan dinamika sosial, Pinhome melalui Home Sell Index (PHSI) dan Pinhome Home Rental Index (PHRI), perusahaan teknologi yang bergerak di bidang properti (proptech) ini mencatatkan peningkatan aktivitas pasar properti di berbagai kota pada kuartal ketiga tahun 2025. 

Di tengah koreksi harga akibat tekanan daya beli dan sentimen konsumen, Indeks Harga Jual Rumah Nasional Pinhome menunjukkan stabilitas positif dengan tren harga rumah tipe ≤200 m² stabil 0% dan tren harga rumah tipe  ≥201 m² hanya turun tipis 0,4%. 

CEO Pinhome, Dayu Dara Permata, mengatakan ketahanan pasar properti ini tidak lepas dari peran aktif kebijakan pemerintah dan otoritas moneter dalam menjaga stabilitas.

“Kebijakan seperti penurunan suku bunga dan insentif PPN menjadi penopang utama stabilitas pasar, terutama di segmen menengah ke bawah. Rumah tipe ≤120 m² terus mendorong pasar berkat permintaan dari pembeli rumah pertama,” ucap Dara dalam siaran pers Jumat (24/10).

Terbaru, data PHSI menunjukkan kawasan Jakarta mengalami pergerakan yang bervariasi. Kondisi ini dipengaruhi oleh faktor utama, yaitu kualitas wilayah, termasuk lingkungan, konektivitas, dan persepsi terhadap masa depan kawasan, bukan sekadar tren pasar secara umum. 

Dara menambahkan kombinasi antara kepercayaan pasar dan pelonggaran likuiditas ini berpotensi mempercepat pertumbuhan permintaan, sekaligus menjaga stabilitas harga di tengah kondisi ekonomi yang masih dinamis.

Menjelang akhir tahun 2025, tren konsolidasi pasar properti diperkirakan mulai bergeser ke arah yang lebih positif. Sentimen membaik pasca-reshuffle kabinet dan injeksi likuiditas Rp200 triliun ke bank-bank BUMN menjadi dua faktor kunci yang mendorong pemulihan, khususnya di segmen rumah terjangkau dan menengah.