periskop.id - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat penyerapan dana Rp200 triliun yang ditempatkan di bank-bank Himbara telah mencapai sekitar 84% hingga 22 Oktober 2025. Dari total dana yang ditempatkan, dua bank besar di bawah Himbara, yaitu Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia (BRI), menjadi lembaga dengan tingkat penyerapan tertinggi.

Keduanya melaporkan bahwa seluruh dana yang ditempatkan telah tersalurkan sepenuhnya, atau mencapai 100%. Bahkan, kedua bank tersebut telah mengajukan permohonan tambahan penempatan dana kepada pemerintah karena melihat potensi penyaluran kredit yang masih tinggi.

"Kita lihat Mandiri dan BRI kenceng juga nih. BRI sama Mandiri sudah langsung 100%, mereka sudah minta lagi. Kita bilang, ya kita evaluasi deh," kata Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal (DJSEF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu, dalam acara Investortrust Economic Outlook, Rabu (5/11), di Jakarta.

Menurutnya, penyerapan cepat ini menunjukkan kuatnya permintaan kredit di kedua bank tersebut. Selain itu, penempatan dana pemerintah dengan bunga 3,8% ini berhasil menurunkan biaya dana 

(cost of fund) di sektor perbankan yang sebelumnya relatif tinggi.

Sebelum adanya kebijakan penempatan Saldo Anggaran Lebih (SAL) ke bank-bank Himbara, sekitar 30% komponen biaya dana perbankan masih bergantung pada deposito dengan bunga spesial (special rate). Beberapa di antaranya bahkan mencapai di atas 7%, yang pada akhirnya menekan margin keuntungan bank dan menghambat efisiensi penyaluran kredit.

"Sekarang sudah sangat minimal yang di atas 6%. Nah, ini yang kita harapkan menjadi fenomena yang akan terus kita pelajari, sehingga kita melihat momentum untuk ke depannya apa yang akan kita lakukan," jelasnya.

Lebih lanjut, Febrio menjelaskan bahwa penurunan biaya dana di sektor perbankan diharapkan akan mendorong pertumbuhan kredit baru, khususnya di sektor produktif seperti UMKM, industri manufaktur, dan perdagangan. Dengan semakin murahnya biaya pendanaan, bank memiliki fleksibilitas lebih besar untuk menyalurkan kredit dengan bunga yang kompetitif kepada pelaku usaha. Hal ini diharapkan dapat meningkat.

"Nah, kalau cost of fund-nya sudah turun, pertumbuhan kreditnya meningkat, konsumsi dan investasi meningkat, pertumbuhan akan meningkat untuk perekonomiannya," tutupnya.