periskop.id - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan kesiapan lembaganya untuk menyusun kajian dan rekomendasi ilmiah terkait rencana redenominasi rupiah. Kajian yang melibatkan peneliti BRIN di bidang ekonomi ini akan menjadi masukan penting bagi Bank Indonesia (BI).

"Tentu tidak hari ini kita memberikan masukan ya. Tapi nanti tim peneliti kita dalam bidang ekonomi ya, kita akan segera panggil untuk bisa melakukan kajian dan rekomendasi yang selanjutnya bisa menjadi salah satu bahan bagi Bank Indonesia," kata Kepala BRIN Arif Satria usai mengikuti rapat terbatas (Ratas) bersama Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (24/11).

Meskipun demikian, Arif Satria memberikan klarifikasi tegas mengenai agenda ratas tersebut. Ia menegaskan pembahasan mengenai isu redenominasi rupiah sama sekali tidak berlangsung dalam rapat terbatas bersama Presiden Prabowo.

"Saya tidak membahas itu. Tadi dengan Pak Presiden tidak membahas soal itu," imbuhnya.

Arif menyebut sempat bertemu dengan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dalam agenda yang sama. Namun, ia mengaku diskusi tersebut tidak membahas secara spesifik isu redenominasi.

"Ya memang kami tidak membahas secara spesifik soal isu tersebut. Namun, insya Allah hal yang tadi sudah saya sampaikan terkait dengan aspek redenominasi itu nanti akan kita kaji lagi," jelasnya.

Rapat terbatas yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan itu merupakan pertemuan perdana dengan Kepala BRIN.

Fokus utama pembahasan adalah peran BRIN Daerah serta memperkuat kolaborasi riset dan inovasi, termasuk dengan perusahaan Danantara.

Selain itu, pertemuan juga membahas rencana penting agar BRIN membentuk pusat penelitian perikanan tangkap.

Agenda lainnya yang turut dibahas adalah penguatan riset untuk mendukung industri garmen, penguatan riset alutsista (alat utama sistem persenjataan), hingga konsolidasi internal pada BRIN.