periskop.id - Dalam sebuah botol oli sepeda motor kita mungkin menemukan berbagai kode dan angka yang bahkan tak selalu dijelaskan oleh mekanik arti dan fungsinya. Namun jangan salah, berbagai kode dan angka ini menjadi kunci penting kecocokkan oli dengan spesifikasi mesin.
Penggunaan oli mesin yang cocok dengan kebutuhan mesin akan memberikan banyak dampak, mulai dari memaksimalkan performa, hemat bahan bakar, hingga yang terpenting, memperpanjang usia pakai motor.
Dikutip dari berbagai sumber, yuk kita kulik satu per satu apa saja makna di balik kode-kode pada oli sepeda motor.
Kode SAE
SAE pada oli sepeda motor adalah singkatan dari Society of Automotive Engineers. Ini adalah lembaga internasional yang menetapkan standar viskositas (tingkat kekentalan) pada sebuah oli.
Kode SAE ini umumnya menjadi yang paling terlihat dibandingkan kode-kode lainnya. Penulisan kode ini biasanya seperti 10W-40 atau 20W-50. Penjelasan dari kode itu adalah angka pertama yang diikuti huruf W (winter) menunjukkan kekentalan oli di suhu rendah.
Semakin kecil angkanya, maka semakin encer oli tersebut di suhu dingin. Angka kode suhu rendah ini penting untuk motor-motor yang digunakan di negara-negara dengan musim dingin, di mana oli yang lebih encer di suhu rendah akan memudahkan motor dihidupkan saat udara dingin.
Kemudian ada angka berikutnya seperti 40 atau 50 dari contoh di atas, angka kedua ini menunjukkan kekentalan saat suhu tinggi, di mana semakin besar angkanya, maka akan semakin kental oli di suhu tinggi (mesin bekerja).
Oli kental atau encer di suhu tinggi memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, di mana oli yang lebih kental tentu membuat kinerja mesin lebih berat (boros) namun perlindungan gesekan lebih baik.
Sedang oli yang lebih encer di suhu tinggi cenderung lebih baik secara performa mesin namun gesekan antar komponen mesin menjadi lebih besar.
Kode JASO
JASO adalah singkatan dari Japanese Automotive Standards Organization, sebuah lembaga di Jepang yang menetapkan standar kualitas oli khusus untuk sepeda motor. Standar ini memastikan oli tidak hanya melumasi mesin, tetapi juga kompatibel dengan sistem kopling dan transmisi motor.
Pertama ada JASO MA yang menandakan oli dirancang khusus untuk sepeda motor dengan sistem kopling basah. Oli dengan sertifikasi ini diformulasikan untuk mesin yang memiliki tingkat gesekan tinggi, sehingga kampas kopling dapat mencengkeram dengan optimal dan tidak mudah selip.
Inilah alasan mengapa oli JASO MA lazim digunakan pada motor manual harian seperti motor bebek, motor kopling manual yang kopling transmisinya terendam oli (kopling basah).
Sementara itu, JASO MA2 merupakan pengembangan dari standar MA dengan spesifikasi gesekan yang lebih tinggi lagi. Standar ini menyasar sepeda motor dengan kopling basah berperforma tinggi seperti motor sport besar, atau motor yang beroperasi dalam kondisi ekstrem—misalnya membawa beban berat, menempuh rute off-road, atau digunakan di lintasan balap.
Berbeda dari dua kode di atas, JASO MB ditujukan untuk motor dengan kopling kering, seperti skuter matic. Oli JASO MB memiliki sifat gesekan rendah demi meningkatkan efisiensi putaran mesin dan membantu menghemat bahan bakar.
Kode API
Kode API pada botol oli adalah singkatan dari American Petroleum Institute, sebuah standar internasional yang mengklasifikasikan kualitas dan kinerja oli mesin berdasarkan jenis mesin (bensin atau diesel) dan tingkat teknologi pelumasnya.
Penulisan kode API ini diwakilkan dengan huruf S untuk mesin bensin dan C untuk mesin diesel. Pada mesin bensin contohnya API SJ, API SN atau API SP. Huruf yang mengikuti huruf S, seperti J, N, P menjadi indikasi tingkat spesifikasinya, di mana semakin mendekati huruf Z, berarti oli memiliki spesifikasi yang lebih baru dan berkualitas tinggi.
Jadi, oli dengan API SP bisa disimpulkan sebagai oli yang lebih baru teknologinya serta tinggi spesifikasi dan kualitasnya dibanding oli dengan API SJ.
Kaitan kode API ini juga relevan dengan kebutuhan spesifikasi mesin berdasarkan tahun pembuatan motor. Motor-motor tua jauh lebih cocok menggunakan oli dengan API SJ dibandingkan oli API SP, begitupun sebaliknya.
Konsep ini serupa pada kode API mesin diesel, di mana oli diesel dengan kode API CK-4 lebih tinggi secara spesifikasi dibandingkan oli diesel dengan kode API CI-4.
Mineral, Semi Sintetik, Full Sintetik
Oli mineral, semi sintetik, dan full sintetik pada dasarnya dibedakan oleh bahan dasar dan proses pembuatannya, yang kemudian memengaruhi performa, ketahanan, serta harga.
Oli mineral menjadi kasta terbawah, berasal langsung dari hasil penyulingan minyak bumi dengan proses pemurnian sederhana. Molekulnya cenderung tidak seragam, sehingga lebih rentan teroksidasi dan berubah sifat pada suhu tinggi.
Meski demikian, harganya luar biasa terjangkau dan sering direkomendasikan untuk mesin lama atau motor baru yang masih dalam masa break-in, karena sifat abrasif ringannya membantu komponen mesin menyesuaikan diri.
Di atasnya ada oli semi sintetik yang biasa dibranding dengan berbagai gaya bahasa, mulai dari synthetic blend, synthetic based, atau synthetic technology. Oli ini merupakan campuran antara oli mineral dan oli sintetik.
Perpaduan ini membuat oli ini lebih tahan panas dan oksidasi dibanding oli mineral murni, namun tetap menjaga harga lebih ekonomis dan relevan untuk pengguna motor umum.
Sementara itu di kasta tertinggi ada oli full sintetik, sebuah oli yang sepenuhnya merupakan rekayasa kimia yang memiliki molekul seragam dan dilengkapi aditif performa tinggi.
Stabilitas viskositasnya sangat baik mau di suhu rendah maupun tinggi, serta lebih tahan terhadap oksidasi.
Oli jenis ini memberikan perlindungan maksimal terhadap aus, membantu efisiensi bahan bakar, dan memungkinkan interval penggantian yang lebih panjang.
Oli full sintetik menjadi pilihan utama bagi motor modern berperforma tinggi atau yang sering bekerja di bawah beban berat, meskipun harganya menjadi yang paling mahal.
Tinggalkan Komentar
Komentar