Periskop.id - Jepang, negara yang dikenal akan perpaduan tradisi yang kuat dan teknologi mutakhir, menyimpan satu keunikan yang menarik perhatian para pengamat otomotif dan budaya: warna lampu lalu lintas mereka yang kadang terlihat sebagai perpaduan biru-hijau (grue atau bleen). Fenomena ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil kompromi antara kebiasaan bahasa sehari-hari masyarakat Jepang dengan standar perjanjian internasional.
Informasi ini diungkap oleh Jalopnik, Minggu (28/9), yang mengulas dilema warna ini dalam konteks budaya dan regulasi.
Kompromi Karena Standar PBB
Keunikan warna lampu ini bermula dari perjanjian internasional bernama Convention of Road Signs and Signals yang ditandatangani oleh 35 negara pada tahun 1968, yang kini diadopsi oleh 75 negara, meskipun AS dan Jepang tidak ikut menandatangani. Inti dari perjanjian ini, khususnya Pasal 23 soal sinyal untuk lalu lintas kendaraan, menyatakan bahwa warna hijau berarti jalan, sementara merah berarti berhenti.
Secara tradisional, bahasa Jepang menghadapi dilema unik karena menggunakan kata yang sama, yaitu ao, untuk menyebut biru dan hijau di masa lalu. Meskipun bahasa Jepang modern kini memiliki kata khusus untuk hijau (midori), kebiasaan masyarakat Jepang tetap menyebut lampu lalu lintas hijau dengan sebutan ao.
Mengubah lampu dari hijau ke biru secara total jelas akan bertentangan dengan upaya global untuk menyeragamkan rambu lalu lintas. Oleh karena itu, pada awal tahun 1970-an, Jepang memilih solusi unik, yakni menggeser spektrum warna lampu lalu lintas menjadi biru-hijau. Warna ini secara teknis dapat dianggap sebagai keduanya, memenuhi kebiasaan bahasa lokal sekaligus mematuhi standar internasional secara teknis. Hingga saat ini, meskipun sebagian lampu terlihat jelas hijau, semuanya tetap secara resmi disebut ao.
Asal-Usul Kebingungan Warna
Kebingungan warna ini berakar pada sejarah bahasa Jepang kuno yang hanya memiliki empat istilah warna: biru, merah, hitam, dan putih. Meskipun Jepang modern telah memisahkan istilah midori (hijau) dan ao (biru), kebiasaan lama tetap melekat.
Penutur Jepang masih sering menyebut benda hijau sebagai ao. Contoh klasiknya adalah apel hijau Granny Smith, yang mereka sebut aoringo.
Selain keunikan warna lampu biru-hijau, Jepang juga memiliki keunikan lain dalam urusan lalu lintas, seperti penambahan sejumlah rambu lalu lintas yang digambar tangan. Metode ini, yang dilakukan untuk menyesuaikan dengan konteks lokal, terbukti berhasil menurunkan angka kecelakaan secara signifikan.
Tinggalkan Komentar
Komentar