Periskop.id - Selama ini kita sering beranggapan bahwa konsumsi buah-buahan dapat membuat tubuh manjadi sehat. Tapi ternyata, bukan cuma apel yang bisa menjaga kesehatan. Sebuah penelitian dari Carnegie Mellon University (CMU) pada 2014 mengungkap bahwa pelukan setiap hari juga bisa jadi resep sederhana untuk tubuh yang lebih sehat.

Penelitian ini dipimpin oleh Sheldon Cohen, Profesor Psikologi di CMU’s Dietrich College of Humanities and Social Sciences. Timnya ingin membuktikan apakah pelukan dapat berfungsi sebagai bentuk dukungan sosial yang mampu melindungi orang dari dampak stres, terutama agar tidak mudah terserang penyakit.

Dalam hasil yang diterbitkan di jurnal Psychological Science, Cohen dan tim menemukan bahwa dukungan sosial yang kuat dan frekuensi pelukan yang tinggi membantu menjaga sistem imun dan membuat gejala penyakit jadi lebih ringan ketika seseorang jatuh sakit.

Cohen menjelaskan, pelukan dipilih sebagai contoh bentuk dukungan sosial karena tindakan ini melambangkan kedekatan dan keintiman antar manusia.

“Kita tahu bahwa orang yang mengalami konflik berkepanjangan dengan orang lain cenderung lebih sulit melawan virus flu. Kita juga tahu bahwa mereka yang memiliki dukungan sosial lebih terlindungi dari dampak stres terhadap kondisi psikologis seperti depresi dan kecemasan,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa timnya ingin mengetahui apakah persepsi terhadap dukungan sosial juga bisa membantu tubuh melawan efek stres, serta apakah pelukan turut berperan dalam efek perlindungan tersebut.

Penelitian ini melibatkan 404 orang dewasa sehat. Para peserta diminta mengisi kuesioner untuk mengukur seberapa besar dukungan sosial yang mereka rasakan. Lalu, melalui wawancara telepon selama 14 malam berturut-turut, tim peneliti mencatat frekuensi konflik dan seberapa sering mereka menerima pelukan.

Setelah itu, peserta diberi paparan virus flu biasa dan dikarantina untuk memantau apakah mereka tertular serta seberapa parah gejalanya.

Hasilnya cukup mengejutkan: dukungan sosial menurunkan risiko infeksi yang biasanya meningkat akibat konflik interpersonal. Lebih menarik lagi, pelukan menyumbang sekitar sepertiga dari efek perlindungan tersebut.

“Ini menunjukkan bahwa pelukan dari orang yang dipercaya bisa menjadi cara efektif untuk menyampaikan dukungan emosional. Meningkatkan frekuensi pelukan mungkin dapat membantu mengurangi dampak negatif stres,” kata Cohen.

Ia menambahkan, efek pelindung ini bisa datang dari dua hal, yakni:

  1. Kontak fisik itu sendiri, yang memberi rasa aman dan nyaman.
  2. Makna emosional di balik pelukan, yang menandakan dukungan dan keintiman.

“Bagaimanapun juga, orang yang lebih sering mendapat pelukan cenderung lebih terlindungi dari infeksi,” ujar Cohen menegaskan.