periskop.id - Penting untuk kamu ketahui bahwa setiap peluang selalu datang dengan risiko begitu pula dalam investasi saham. Sebelum terjun ke pasar modal, pahami terlebih dahulu berbagai risiko dalam investasi dan trading saham. Dengan bekal pengetahuan ini, kamu bisa mengambil keputusan yang lebih cerdas, terukur, dan mampu mengurangi potensi kerugian di masa depan.

 

Risiko-Risiko yang Sering Dihadapi Trader

Risiko Capital Loss

Risiko capital loss adalah saat harga saham turun dari harga awal ketika kamu beli sehingga kamu akan rugi bila dijual. Penurunan ini bisa karena pasar sedang tidak stabil, performa perusahaan menurun, atau kabar ekonomi yang negatif. Selain membuat rugi secara finansial, hal ini juga bisa membuat kamu ragu untuk investasi lagi.

Risiko Kebangkrutan

Risiko kebangkrutan terjadi bila perusahaan gagal bayar utang atau tidak sanggup menjalankan bisnisnya lagi. Biasanya karena manajemen yang buruk, utang menumpuk atau kalah bersaing di pasar. Bila sudah bangkrut, nilai saham bisa jauh drastis dan kamu bisa kehilangan sebagian atau bahkan seluruh modal investasi.

Risiko Pasar (Systematic Risk

Risiko ini muncul karena perusahaan besar di ekonomi dan politik yang berpengaruh ke semua saham. Misalnya inflasi tinggi, suku bunga naik, atau sentimen investor sedang negatif. Risiko ini tidak bisa dihindari, tetapi bisa dikurangi dengan cara diversifikasi investasi dan punya strategi jangka panjang.

Risiko Likuiditas

Risiko ini terjadi saat kamu kesulitan menjual atau membeli saham tanpa bikin harga sahamnya berubah drastis. Biasanya, hal ini karena sahamnya kurang diminati oleh investor atau perdagangan sepi. Mengakibatkan, kamu terpaksa menjual saham dengan harga yang lebih murah dan rendah dari yang kamu mau.

Risiko Forced Delisting

Risiko terjadi bila perusahaan dipaksa keluar dari bursa saham atau sahamnya dihapus dari perdagangan. Penyebabnya bisa karena keuangan perusahaan amburadul, laporan keuangan tidak beres, atau melanggar aturan dari Bursa Efek Indonesia. Kalau sudah begini, saham bisa menjadi tidak bisa diperjualbelikan lagi.

Risiko Inflasi

Risiko inflasi muncul ketika harga barang dan jasa naik terus menerus, membuat nilai uang kamu menurun. Akibatnya, nilai investasi dan dividen bisa berkurang. Bila inflasi tinggi, bisa juga membuat performa pasar saham menurun karena daya beli masyarakat melemah.

Risiko Tidak Sistematis (Unsystematic Risk)

Risiko ini hanya terjadi di beberapa perusahaan tertentu saja, misalnya karena manajemen buruk, perusahaan rugi atau bahkan bangkrut. Risiko seperti ini bisa diminimalkan dengan riset terlebih dahulu sebelum membeli saham dan punya portofolio yang beragam, jangan taruh semua uang di satu perusahaan saja.

Risiko Volatilitas Harga

Trading memiliki risiko tinggi karena pergerakan harga yang cepat dan sulit diprediksi. Volatilitas pasar bisa menjadi peluang untuk meraih keuntungan besar dalam waktu singkat, tetapi juga berpotensi menimbulkan kerugian dalam sekejap. 

Semakin tinggi tingkat volatilitas, semakin besar pula risiko yang melekat pada suatu aset atau produk investasi. Secara sederhana, volatilitas menggambarkan seberapa cepat dan besar perubahan harga suatu aset, seperti saham, mata uang, atau komoditas.

Memahami volatilitas penting karena:

  1. Dapat membantu menilai tingkat risiko investasi.
  2. Menjadi indikator potensi keuntungan.
  3. Membantu investor mengambil keputusan dengan lebih bijak.

 

Risiko Emosi dan Psikologis

Pengaruh Emosi terhadap Investasi

Emosi punya peran besar dalam pengambilan keputusan keuangan. Saat pasar naik (bullish), banyak investor terbawa euforia dan membeli saham tanpa riset. Sebaliknya, ketika pasar turun (bearish), rasa takut sering memicu aksi jual panik. Akibatnya, keputusan investasi jadi tidak rasional.

Contohnya saat pandemi 2020, banyak investor menjual saham karena panik, padahal beberapa bulan kemudian pasar kembali pulih, bahkan mencetak rekor baru. Mereka yang tetap tenang dan mengikuti rencana justru mendapatkan keuntungan.

Menurut Morningstar Australia, ada beberapa emosi yang sering memengaruhi investor:

  1. Rasa takut (fear): membuat investor cepat menjual meski kondisi perusahaan masih bagus.
  2. Keserakahan (greed): mendorong beli berlebihan saat tren naik dan berakhir rugi saat pasar terkoreksi.
  3. Terlalu percaya diri (overconfidence): membuat investor mengabaikan risiko dan data yang tidak sesuai dengan keyakinannya.

 

Bias Psikologis dalam Investasi

Menurut Investopedia, ada beberapa bias yang sering mempengaruhi keputusan investor:

  1. Herd Mentality (Ikut Tren): membeli saham hanya karena sedang ramai dibicarakan, bukan karena analisis sehingga sering terjebak di harga puncak.
  2. Loss Aversion: takut rugi berlebihan hingga menahan saham merugi terlalu lama meski fundamentalnya sudah memburuk.
  3. Confirmation Bias: hanya mencari informasi yang mendukung pandangan sendiri dan mengabaikan pendapat berbeda.
  4. Recency Bias: menganggap tren terbaru akan terus berlanjut, padahal kondisi pasar bisa berubah.
  5. Overconfidence Bias: terlalu percaya diri pada kemampuan sendiri dan berisiko menaruh modal besar di satu saham.
  6. Anchoring Bias: terpaku pada harga beli awal meski situasi perusahaan sudah berubah.

Bias-bias ini sering membuat investor mengambil keputusan yang tidak rasional dan berpotensi merugikan.

Risiko Salah Analisis

Analisis risiko investasi penting dilakukan untuk mengurangi risiko kesalahan dan mengetahui seberapa besar kemungkinan kerugian dari suatu instrumen keuangan, seperti saham, kripto, atau obligasi. Tujuannya agar investor bisa menilai peluang dan risiko secara seimbang sebelum mengambil keputusan.

Contoh pada investasi saham:
Saham memang menawarkan potensi keuntungan tinggi, terutama dari perusahaan yang sedang berkembang. Namun, resikonya juga besar karena harga saham sangat fluktuatif, dipengaruhi oleh kondisi perusahaan, kebijakan pemerintah, ekonomi global, hingga sentimen pasar. 

Misalnya, saham teknologi bisa melonjak saat tren digital meningkat, tetapi bisa turun tajam jika muncul regulasi baru atau pesaing kuat.

Langkah analisis risiko saham:

  1. Tinjau laporan keuangan perusahaan.
  2. Hitung PER (Price to Earnings Ratio) untuk melihat valuasi saham.
  3. Hitung DER (Debt to Equity Ratio) untuk menilai kesehatan keuangan.
  4. Analisis kondisi industri untuk mengetahui prospeknya ke depan.

Dengan analisis ini, investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih bijak dan terukur.

 

Cara dan Tips Mengurangi Risiko

Tentukan Stop Loss
Tetapkan batas kerugian sebelum membuka posisi agar kerugian tidak melebar. Gunakan analisis teknikal dan perhitungan risiko yang matang sebagai dasar.

Atur Ukuran Posisi dengan Bijak

Sesuaikan jumlah investasi setiap transaksi dengan toleransi risiko. Hindari menempatkan dana terlalu besar pada satu posisi risiko kan hanya sebagian kecil dari total modal.

Diversifikasi Portofolio
Sebar investasi ke berbagai aset untuk mengurangi risiko. Jika satu aset merugi, aset lain bisa menyeimbangkan kerugian tersebut.

Gunakan Analisis Teknis dan Fundamental
Padukan analisis grafik dan indikator harga (teknikal) dengan kondisi ekonomi serta faktor perusahaan (fundamental) agar keputusan trading lebih akurat dan terukur.

Kendalikan Emosi
Jangan mengambil keputusan karena panik atau euforia. Disiplin dan pengendalian diri adalah kunci sukses trading.

Tingkatkan Pengetahuan dan Analisis
Pelajari analisis teknikal dan fundamental agar keputusan trading lebih terukur dan berdasarkan data, bukan tebakan.

Mulai dengan Akun Demo

Latihan dengan akun simulasi membantu memahami dinamika pasar tanpa risiko kehilangan uang sungguhan.