Periskop.id - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data bahwa Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada kuartal III-2025 berhasil mencapai 5,04% secara year-on-year (YoY), atau tumbuh 5,01% secara kumulatif dari awal tahun (c-to-c). Capaian ini, yang ditopang sebagian besar oleh konsumsi rumah tangga, ternyata menyimpan anomali serius pada laju konsumsi domestik.
Meskipun konsumsi rumah tangga menyumbang kontribusi dominan, mencapai 53,97% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kumulatif hingga kuartal III-2025, laju pertumbuhannya sendiri justru menunjukkan tren stagnasi.
Idealnya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga harus berada di atas 5% (YoY) untuk menciptakan lapangan kerja yang memadai. Namun, BPS mencatat Pertumbuhan konsumsi rumah tangga secara kumulatif (c-to-c) pada kuartal III-2025 hanya tumbuh 4,94%. Angka ini konsisten lesu dalam beberapa tahun terakhir, bahkan sempat mencapai 4,94% di tahun 2023 dan 4,92% di tahun 2024 pada periode yang sama.
Kelas Menengah Rem Belanja, Ekonomi Terdampak
Perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini didorong oleh menahan diri atau perlambatan pengeluaran dari kelompok kelas menengah. Fenomena ini signifikan karena kelas menengah adalah pilar vital pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut data BPS 2024, kelas menengah dan kelompok yang menuju kelas menengah mencapai 66,35% dari total populasi Indonesia. Kontribusi mereka terhadap pengeluaran rumah tangga bahkan mencapai 81,49%. Porsi konsumsi yang besar ini secara langsung menjelaskan mengapa perlambatan belanja di kelompok ini sangat terasa dampaknya pada pertumbuhan agregat.
Indikator Perlambatan Konsumsi Kelas Menengah
Perlambatan pengeluaran konsumsi rumah tangga di segmen kelas menengah ini dikuatkan oleh beberapa indikator makro, termasuk penerimaan pajak dan penjualan barang tahan lama. Adapun indikator makro yang dimaksud meliputi:
- PPN dan PPnBM: Kementerian Keuangan melaporkan bahwa realisasi neto Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) pada September 2025 mencapai Rp474,44 triliun. Penerimaan ini anjlok 13,2% dari periode yang sama tahun lalu, mengindikasikan aktivitas belanja domestik yang melambat.
- Penurunan Mobilitas Udara: Jumlah keberangkatan penumpang angkutan udara domestik, yang memiliki segmen pasar kelas menengah ke atas, turun 5,13% (m-to-m) dan 5,45% secara y-on-y pada September 2025.
- Anjloknya Penjualan Otomotif: Penjualan mobil, yang sering dijadikan tolok ukur kekayaan dan daya beli, juga menurun. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales hingga triwulan III-2025 mencatatkan penurunan 11,3% (y-on-y), sementara retail sales lebih rendah 10,9% (y-on-y).
Perlambatan ini menunjukkan adanya kehati-hatian finansial di kalangan rumah tangga, yang berpotensi menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di atas target 5%.
Tinggalkan Komentar
Komentar