periskop.id  - Badan Pusat Statistik melaporkan pada triwulan lll 2025 nilai ekspor barang di Indonesia mencapai USD 74,39 miliar atau tumbuh 8,96% secara year-on-year dan impor barang di angka USD 7,39 miliar atau merosot di 2,09% secara year-on-year.

Sepanjang triwulan lll tahun ini komoditas utama ekspor non-migas Indonesia seperti lemak dan minyak, besi dan baja, mesin peralatan listrik, perhiasan atau permata, serta kendaraan mengalami progres signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen ekspor komponen ekspor tumbuh 9,91 persen terutama didorong oleh kenaikan nilai dan volume ekspor barang non digas serta ekspor jasa,” kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, dikutip Kamis (6/11).

Sementara, tingkat konsumsi masyarakat diindikasikan oleh tingkat per kapita jasa makanan dan peralatan listrik serta akomodasi barang dan jasa lainnya dengan masing-masing naik di level 5,76% dan 7,49% secara tahunan.

Edy memaparkan, survei Industri Besar (IBS) yang dilakukan BPS menunjukkan adanya kenaikan produksi pada beberapa industri pengolahan nonmigas dan industri logam dasar. Selain itu, realisasi investasi, baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), tumbuh 13,89 persen secara tahunan (year-on-year).

Peningkatan kinerja ekonomi juga didorong oleh tingginya mobilitas masyarakat, yang antara lain tercermin dari lonjakan perjalanan wisata nusantara (wisnus) sebesar 21,84%. Selanjutnya, kebijakan ekonomi di triwulan lll juga turut menopang pergerakan ekonomi yang sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam pengendalian inflasi penetapan BI-rate bulan September 2025 pada level 4,75%.

“Kebijakan tersebut antara lain pengendalian inflasi, penetapan BI Rate pada September 2025 di level 4,75% sebagai upaya mendukung pertumbuhan ekonomi. Serta kebijakan fiskal untuk meningkatkan efektivitas belanja melalui pelaksanaan berbagai program seperti makan bergizi gratis,” ungkap Edy.