periskop.id - Kementerian Kehutanan RI menegaskan strategi pemanfaatan hutan Indonesia sebagai instrumen penting dalam mitigasi perubahan iklim sekaligus penggerak ekonomi. Direktur Bina Usaha Pemanfaatan Hutan, Ilham, menyatakan bahwa fokus pemerintah adalah memaksimalkan nilai karbon dari hutan, lahan gambut, dan mangrove sebagai modal strategis ekonomi dan lingkungan.

"Potensi ini lebih dari sekadar aset, melainkan modal strategis untuk masa depan dan Indonesia jadi kekuatan modal alam dunia/natural capital powerhouse, dengan hutan, lahan gambut, dan mangrove kita memegang kunci untuk membuka nilai karbon yang besar," ujar Ilham dalam keterangan resmi, dikutip Senin (17/11).

Indonesia memiliki hutan seluas 125,89 juta hektare dengan kekayaan ekosistem megabiodiversitas, menempatkan negara ini pada posisi strategis dalam menjaga stabilitas iklim global. Dalam konteks ekonomi, pemerintah menargetkan pengembangan pasar karbon berintegritas tinggi yang tidak hanya mendukung mitigasi iklim, tetapi juga menjadi sumber pendapatan baru dan investasi hijau.

Merujuk Peraturan Presiden No. 110/2025 tentang Nilai Ekonomi Karbon, pemerintah membangun sistem perdagangan karbon yang kokoh dan kompetitif, diharapkan memberikan dampak nyata di lapangan. Sistem ini memungkinkan Indonesia mengekstraksi nilai ekonomi dari hutan sambil memastikan keberlanjutan lingkungan.

Selain itu, mekanisme ini juga memprioritaskan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui program perlindungan, restorasi, dan kehutanan partisipatif.

"Melalui program perlindungan, restorasi, dan kehutanan partisipatif, kita dapat menghasilkan nilai karbon yang signifikan sambil memastikan manfaatnya mengalir langsung ke komunitas lokal, rumah tangga pedesaan, dan masyarakat adat sesuai dengan Perpres baru," tambah Ilham.

Alur kedua ini menekankan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat: pendapatan dari perdagangan karbon akan dirasakan di tingkat lokal, bukan hanya di pusat. Program ini diharapkan mendorong kesejahteraan rumah tangga pedesaan dan menguatkan ekonomi berbasis alam secara berkelanjutan.

Dengan strategi ini, Indonesia tidak hanya memperkuat posisinya sebagai pemimpin global dalam pasar karbon, tetapi juga menciptakan sumber pembiayaan berkelanjutan yang memberi manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat lokal.