Periskop.id - Pernahkah Anda merasa sudah menjaga pola makan, namun timbangan berat badan terus bergerak ke kanan? Mungkin jawabannya bukan hanya ada di piring Anda, tetapi juga pada bantal dan tingkat stres Anda. Kebiasaan kurang tidur dan stres yang dibiarkan menumpuk ternyata menjadi pemicu tersembunyi kenaikan berat badan.

Hal ini bukan sekadar asumsi. Data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dirilis Kementerian Kesehatan menunjukkan angka yang mengkhawatirkan: prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas di Indonesia telah mencapai 37,8 persen. Angka ini menjadi pengingat bahwa gaya hidup, termasuk pola tidur dan manajemen stres, sangat krusial.

Wakil Ketua Dewan Penasihat Nutrisi Herbalife, dr. Rocio Medina Badiano, menegaskan adanya kaitan erat antara tidur, energi, metabolisme, hingga nafsu makan, demikian dilansir Antara.

“Kurang tidur dapat menyebabkan kenaikan berat badan dengan meningkatkan keinginan makan dan menurunkan tingkat energi. Stres kronis juga berdampak buruk pada kesejahteraan mental dan fisik sehingga lebih sulit menjaga berat badan yang sehat,” kata Rocio dalam sebuah keterangan di Jakarta.

Lalu, bagaimana tepatnya kurang tidur dan stres bisa mengacaukan program diet Anda? Berikut adalah 5 fakta dan penjelasannya.

1. Hormon Pengontrol Lapar dan Kenyang Jadi Kacau

Tubuh kita memiliki dua hormon penting yang mengatur nafsu makan: ghrelin (hormon pemicu lapar) dan leptin (hormon pemberi sinyal kenyang). Saat Anda kurang tidur, keseimbangan keduanya terganggu.

Penelitian menunjukkan, kurang tidur menyebabkan tubuh memproduksi lebih banyak hormon ghrelin dan lebih sedikit hormon leptin. Akibatnya, Anda akan merasa lebih sering lapar dan sulit merasa kenyang, bahkan setelah makan. Kondisi inilah yang sering mendorong kita untuk mencari camilan tinggi kalori dan gula.

2. "Lingkaran Setan" Stres dan Hormon Kortisol

Stres bukan hanya masalah pikiran. Saat Anda mengalami stres kronis, tubuh akan melepaskan hormon kortisol dalam jumlah tinggi. Hormon ini dikenal dapat meningkatkan nafsu makan, terutama untuk makanan yang manis, asin, dan berlemak atau yang sering kita sebut sebagai comfort food.

“Stres dapat mempengaruhi hormon lapar, menurunkan motivasi untuk tetap aktif, sekaligus mengganggu kualitas tidur,” jelas Rocio. Ini menciptakan sebuah lingkaran setan: stres membuat Anda ingin makan banyak dan sulit tidur, sementara kurang tidur membuat tubuh semakin stres.

3. Tingkat Energi Menurun, Keinginan Bergerak Pun Hilang

Logika sederhana: saat lelah, kita cenderung malas bergerak. Kurang tidur secara langsung menguras cadangan energi fisik dan mental Anda. Akibatnya, niat untuk berolahraga atau sekadar aktif bergerak menjadi prioritas terakhir.

Padahal, Kementerian Kesehatan merekomendasikan aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu untuk menjaga kesehatan jantung, metabolisme, dan kepadatan tulang. Jika aktivitas fisik berkurang, maka jumlah kalori yang terbakar pun ikut menurun, sehingga surplus kalori lebih mudah terjadi dan berat badan pun naik.

4. Tidur Adalah Fase "Perbaikan" Tubuh yang Krusial

Banyak yang menganggap tidur hanya sebagai waktu istirahat pasif. Kenyataannya, saat tidur tubuh bekerja keras untuk melakukan perbaikan sel, memulihkan otot setelah beraktivitas, dan mengatur ulang suasana hati.

Tidur yang berkualitas membantu menstabilkan metabolisme dan memastikan semua sistem tubuh berfungsi optimal. Kebiasaan tidur yang baik seperti tidur dan bangun di jam yang sama, menciptakan kamar yang gelap dan sejuk, serta menghindari gawai sebelum tidur terbukti berdampak besar pada kesehatan secara keseluruhan.

5. Nutrisi dan Hidrasi Sebagai Pendukung Utama

Untuk memutus siklus ini, tidur dan manajemen stres harus didukung oleh fondasi yang kuat: nutrisi seimbang dan hidrasi yang cukup. Dr. Rocio menekankan pentingnya asupan makanan kaya protein untuk rasa kenyang lebih lama, zat besi untuk energi, serta vitamin dari buah dan sayuran berwarna-warni untuk imunitas.

“Hidrasi yang cukup juga sangat penting, setidaknya delapan gelas air per hari ditambah asupan buah dan sayur kaya air,” tambahnya.

Pada akhirnya, perubahan tidak harus drastis. Memulai dengan perubahan kecil yang konsisten, seperti maju 15 menit dari jam tidur biasanya, berjalan kaki singkat setelah makan siang, atau memilih camilan sehat, akan memberikan dampak besar bagi berat badan dan kesejahteraan Anda dalam jangka panjang.