periskop.id - Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menegaskan tingkat produktivitas kerja merupakan faktor kunci. Namun, posisi Indonesia yang masih berada di bawah rata-rata Asia Tenggara menjadi tantangan yang perlu segera diatasi. Berdasarkan data yang disampaikan Menaker, pada tahun 2024 tingkat produktivitas kerja berada di angka Rp 89,3 juta per tenaga kerja per tahun.

“Hal ini menunjukkan bahwa kinerja tenaga kerja Tanah Air masih tertinggal dari negara lain. Sehingga, masih terdapat tantangan besar dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja," ucapnya di Jakarta saat membuka Kick-off Pekan Peningkatan Produktivitas Nasional, dikutip Selasa (11/11).

Yassierli menekankan bahwa tingkat produktivitas tenaga kerja di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara. Data menunjukkan dalam enam hingga tujuh tahun terakhir, produktivitas Indonesia tercatat sekitar 10% lebih rendah dibandingkan rata-rata negara ASEAN lainnya.

Menurutnya, saat ini Indonesia tengah memasuki era bonus demografi yang menekankan pentingnya kualitas sumber daya manusia, bukan hanya pada banyaknya jumlah pekerja.

"Bonus demografi idealnya tidak hanya menunjukkan pertumbuhan kuantitas tenaga kerja, tetapi juga kualitas sumber daya manusia yang mampu memberikan kontribusi nyata lewat produktivitas dan penciptaan nilai tambah," lanjut dia.

Terdapat studi dan kajian yang menunjukkan bahwa pertumbuhan produktivitas berbanding lurus dengan peningkatan Gross Domestic Product (GDP), menandakan adanya hubungan yang erat antara keduanya dalam mendukung kemajuan ekonomi nasional.

Ia juga menyoroti capaian Indonesia Emas 2045 mendatang dalam hal Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product/GDP), Pendapatan Nasional Bruto (Gross National Income/GNI) per kapita, dan proporsi kelas menengah sangat terkait dengan produktivitas. Produktivitas yang meningkat di tingkat perusahaan menjadi penggerak awal, yang selanjutnya terkumpul pada sektor dan akhirnya tercermin dalam kinerja ekonomi nasional secara keseluruhan.

"Peningkatan produktivitas pada unit terkecil seperti perusahaan atau industri menjadi enabler penting, yang selanjutnya terakumulasi ke tingkat sektor dan berdampak pada perekonomian nasional secara keseluruhan," tegas Yassierli.