periskop.id - Beberapa waktu lalu, penerimaan Bintara Polri Tahun Anggaran 2025 resmi ditutup. Sesuai aturan yang berlaku, syarat pendidikan minimal bagi calon anggota Polri adalah SMA/sederajat. Setelah lolos seleksi, mereka akan mengikuti pendidikan selama tujuh bulan, kemudian dilantik sebagai Brigadir Polisi Dua (Bripda).
Sekilas aturan ini tampak wajar. Namun, jika ditinjau lebih dalam, persyaratan pendidikan minimal SMA bagi calon polisi tidak lagi relevan dengan tantangan zaman. Polisi bukan hanya aparat yang menegakkan hukum, tetapi juga figur publik yang berhadapan dengan dinamika sosial, tekanan emosional, dan kompleksitas konflik masyarakat.
Mengapa SMA Tidak Memadai?
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh langsung pada kesehatan mental, kematangan emosional, dan kemampuan mengelola stres.
- Studi Muñoz & Santos-Lozada (2021) dalam jurnal SSM-Mental Health menemukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah risiko mengalami serious psychological distress (distres psikologis berat). Individu dengan gelar sarjana atau magister jauh lebih kecil kemungkinannya mengalami perasaan putus asa, cemas, atau sedih dibanding lulusan SMA.
- Shengyao dkk. (2024) dalam jurnal BMC Psychology menegaskan bahwa mahasiswa sarjana hingga pascasarjana menunjukkan kecerdasan emosional yang lebih matang. Tuntutan studi yang kompleks melatih kontrol emosi, kepercayaan diri, dan kemampuan menyelesaikan masalah besar.
Dengan kata lain, lulusan sarjana lebih siap menghadapi tekanan sosial dan psikologis, sedangkan lulusan SMA relatif lebih rentan.
Polisi dan Kompleksitas Tugas
Polisi berada di garis depan, menghadapi beragam situasi, seperti konflik lalu lintas, kekerasan rumah tangga, hingga kasus kejahatan berat. Dalam kondisi seperti ini, seorang polisi dituntut tidak hanya tangguh secara fisik, tetapi juga bijak, empati, dan mampu mengendalikan emosi.
Pertanyaannya, apakah pendidikan polisi, katakanlah setara Bintara, yang hanya menempuh waktu selama tujuh bulan, cukup untuk membentuk kematangan mental yang kokoh, jika titik awal pendidikan hanya SMA? Jawabannya jelas tidak. Pendidikan sarjana memberi bekal tambahan berupa:
- keterampilan berpikir kritis,
- kemampuan analisis masalah,
- kontrol emosi,
- dan keterampilan sosial.
Semua kualitas ini tidak bisa dibentuk secara instan, tetapi melalui proses akademik panjang dan pengalaman hidup yang melekat dalam pendidikan tinggi.
Saatnya Polri Naik Kelas
Pendidikan bukan sekadar soal ijazah. Ia adalah proses membentuk karakter, pola pikir kritis, dan kemampuan mengelola tekanan hidup. Polisi dengan latar belakang sarjana akan lebih siap menghadapi situasi genting tanpa panik, mampu memilih solusi rasional, serta menjaga citra kepolisian sebagai lembaga profesional dan bermartabat.
Oleh karena itu, syarat minimal pendidikan calon polisi seharusnya dinaikkan menjadi S1. Hal ini akan menjadi investasi jangka panjang untuk meningkatkan kualitas SDM Polri, sekaligus memperkuat kepercayaan masyarakat. Polisi yang berpendidikan tinggi bukan hanya aparat penegak hukum, tetapi juga teladan yang matang secara mental, cerdas, dan mampu melayani masyarakat dengan penuh integritas.
Sudah saatnya Polri berani menetapkan standar baru. Dengan menjadikan sarjana sebagai syarat minimal rekrutmen, institusi kepolisian akan benar-benar naik kelas, sejalan dengan tantangan sosial yang semakin kompleks.
Tinggalkan Komentar
Komentar