Periskop.id - Upaya global untuk mencapai Kesetaraan Gender berada di persimpangan jalan, demikian temuan utama dari laporan berjudul Progress on the Sustainable Development Goals (SDGs): The Gender Snapshot 2025. Laporan yang diterbitkan oleh UN Women dan United Nations Department of Economic and Social Affairs (UN DESA) ini, menyoroti tren, kemajuan, serta kesenjangan yang terjadi pada seluruh 17 Tujuan Agenda 2030.

Laporan tersebut memberikan peringatan keras, jika tren saat ini terus berlanjut, pada tahun 2030 dunia akan menyisakan 351 juta perempuan dan anak perempuan hidup dalam kemiskinan ekstrem, dan Tujuan SDGs dipastikan tidak akan tercapai. Kegagalan ini dianggap sebagai konsekuensi politik dari pengabaian sistemik dan investasi yang macet.

Data Kesenjangan yang Mengkhawatirkan

Laporan ini merinci beberapa data kunci yang menunjukkan kemunduran dan kesenjangan sistemik berbasis gender:

  1. Kesenjangan Digital: Secara global pada 2024, 70% laki-laki menggunakan internet, dibandingkan 65% perempuan. Kesenjangan ini semakin lebar di negara-negara paling tidak berkembang, di mana kurang dari 29% perempuan daring, berbanding 41% laki-laki.
  2. Ancaman Otomatisasi AI: Ekspansi pesat AI generatif mengubah pasar kerja dan jenis pekerjaan. Perempuan yang bekerja hampir dua kali lebih mungkin dibandingkan laki-laki berada pada pekerjaan berisiko tinggi terkena otomatisasi (4,7% vs 2,4%). Kesenjangan ini setara dengan 65 juta pekerjaan perempuan berbanding 51 juta pekerjaan laki-laki yang berisiko, dan lebih parah di negara berpendapatan tinggi (9,6% vs 3,5%).
  3. Kemiskinan dan Pekerjaan: Pada 2025, diperkirakan 9,2% perempuan dan anak perempuan hidup dalam kemiskinan ekstrem, dibandingkan 8,6% laki-laki dan anak laki-laki. Sementara pada 2024, tingkat bekerja perempuan usia kerja hanya 46,4%, jauh tertinggal dari laki-laki yang mencapai 69,5%.
  4. Kekerasan Gender: Secara global, lebih dari 1 dari 8 perempuan usia 15–49 tahun (12,5%) mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual oleh pasangan (saat ini atau mantan) dalam 12 bulan terakhir. Di Afghanistan, Republik Demokratik Kongo, dan Papua Nugini, prevalensinya melampaui 30%.
  5. Representasi Politik: Per 1 Januari 2025, perempuan hanya memegang 27,2% kursi parlemen nasional di seluruh dunia.

Kunci Jalan Keluar: Investasi di Sektor Digital

Meskipun laporan ini memberi peringatan, data juga menunjukkan bahwa kegagalan SDGs tidak terhindarkan jika ada kemauan politik. Laporan tersebut menawarkan satu tindakan nyata yang dapat mengubah arah, yakni menutup kesenjangan digital gender.

Jika investasi difokuskan pada upaya penutupan kesenjangan digital, hasilnya akan signifikan:

  • 343,5 juta perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia bisa merasakan manfaatnya.
  • 30 juta di antaranya dapat keluar dari kemiskinan pada tahun 2050.
  • Ekonomi global berpotensi memperoleh tambahan US$1,5 triliun pada 2030.

Dengan sisa waktu lima tahun menuju tenggat waktu 2030 dan 30 tahun sejak Platform Aksi Beijing (Beijing Platform for Action), laporan ini menjadi landasan bagi Agenda Aksi Beijing+30. Agenda ini mengidentifikasi enam area prioritas untuk percepatan implementasi, dengan fokus khusus pada inklusivitas digital dan pemberantasan kemiskinan sebagai jalur investasi berbiaya yang jelas.