Periskop.id - Aktivitas thrifting, atau membeli dan menjual pakaian bekas, bukanlah tren baru yang muncul di era digital. Praktik ini ternyata memiliki sejarah yang sangat panjang, bahkan telah ada sejak peradaban manusia modern. Berbagai fase sejarah menunjukkan bagaimana thrifting selalu melayani kebutuhan masyarakat umum, namun maknanya terus berubah seiring perkembangan zaman.

Berikut adalah beberapa fakta dan trivia menarik seputar perjalanan thrifting, yang dilansir dari The State Press.

1. Asal Kata Thrift, Bukan Tentang Kekurangan

Jauh dari konotasi saat ini yang sering dikaitkan dengan harga murah atau kondisi finansial, kata "thrift" sebenarnya berasal dari bahasa Inggris abad ke-14 yang berarti "kemakmuran" atau "penghematan".

Makna awalnya bukan lahir dari rasa kekurangan, melainkan soal cara bijak menggunakan sumber daya yang ada. Tujuan dari praktik ini adalah agar seseorang dapat maju dan sejahtera melalui pengelolaan sumber daya yang cerdas.

2. Bentuk Tertua Mode Rakyat

Menurut Dennita Sewell, seorang profesor dan pakar mode dari Herberger Institute for Design and the Arts, perdagangan pakaian bekas merupakan salah satu bentuk tertua dari mode rakyat.

“Setiap zaman menunjukkan nilai dan pandangan hidupnya lewat pakaian bekas,” kata Sewell.

Sejak abad ke-14, perdagangan ini sudah muncul dalam bentuk tumpukan pakaian di pasar-pasar kota. Di Abad Pertengahan, sistem barter menjadi cara utama bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk bertahan hidup dan mendapatkan pakaian.

3. Stigma Negatif Akibat Revolusi Industri

Konsep thrifting modern baru benar-benar muncul pada pertengahan abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Revolusi Industri membuat pakaian baru menjadi lebih murah dan mudah dibuang.

Hal ini justru menumbuhkan stigma negatif terhadap pemakaian barang bekas. Pakaian bekas sering dianggap sebagai penanda kesenjangan kelas sosial, terutama karena banyak dijumpai di kalangan imigran yang menjadi sasaran diskriminasi.

Awal tahun 1900-an, membeli pakaian bekas kerap dianggap memalukan. Namun, stigma ini sempat runtuh total ketika Great Depression (Depresi Besar) terjadi, di mana permintaan terhadap pakaian bekas melonjak tajam karena masyarakat tidak mampu membeli pakaian baru.

4. Thrifting Sebagai Simbol Perlawanan Subkultur

Di paruh kedua abad ke-20, cara pandang masyarakat terhadap barang bekas mulai berubah, menjadikannya simbol ekspresi diri dan perlawanan budaya:

  • Tahun 1970-an: Gerakan hippie dan era kebebasan menjadikan thrifting sebagai simbol ekspresi diri dan penolakan terhadap budaya konsumtif yang berlebihan.
  • Tahun 1980-an: Tokoh-tokoh subkultur, seperti Andie Walsh di film Pretty in Pink, menjaga semangat thrifting tetap hidup dengan gaya menggabungkan pakaian lama dan baru.
  • Tahun 1990-an: Era grunge dipelopori oleh Kurt Cobain yang menjadikan thrifting sebagai simbol perlawanan terhadap sistem dan kemapanan.

Menurut Sewell, era 90-an adalah titik balik kultural. 

“Tahun 1990-an adalah masa ketika thrifting jadi cara anak muda bersuara dan menentang sistem yang ada,” jelasnya.

5. Pedang Bermata Dua di Era Fast Fashion

Di era fast fashion saat ini, makna thrifting menjadi lebih kompleks. Belanja pakaian sering dianggap sebagai pedang bermata dua, yakni di antara harus memilih antara harga murah atau etika dan lingkungan.

Karena tuntutan keberlanjutan dan etika, banyak orang kini melihat thrifting sebagai solusi etis dan ramah lingkungan untuk melawan laju produksi limbah tekstil.

Thrifting juga telah beradaptasi dengan kemajuan teknologi, berpindah ke dunia digital melalui e-commerce dan aplikasi seperti TikTok dan Facebook Marketplace. Tujuannya tetap sama, yakni menemukan pakaian terjangkau tanpa merusak lingkungan.

Namun, muncul masalah baru dalam praktik digital ini, yaitu penjual yang menaikkan harga terlalu tinggi (up-selling), hingga munculnya produk palsu (KW) yang dibalut dengan embel-embel thrift branded. Selain itu, praktik ini juga menuai kritik karena dianggap berpotensi merusak pasar usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memproduksi pakaian baru.