periskop.id - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan Banda Neira, Maluku, sebagai kawasan percontohan integrasi konservasi laut, arkeologi, dan budaya maritim. Penetapan ini dilakukan melalui program Laut untuk Kesejahteraan (Lautra) yang dirancang untuk menyeimbangkan ekologi, ekonomi, dan sosial budaya masyarakat pesisir.
Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan KKP, Koswara, menjelaskan bahwa Banda Neira dipilih karena memiliki kekayaan ekosistem laut sekaligus nilai sejarah yang tinggi.
“Program Lautra menempatkan Banda Neira sebagai kawasan prioritas karena memiliki kekayaan ekosistem laut sekaligus nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Kami ingin membangun model pengelolaan laut yang tidak hanya lestari, tetapi juga mensejahterakan,” ujarnya dilansir dari Antara, Senin (27/10).
Program Lautra sendiri mencakup 11 provinsi, 20 kawasan konservasi, dan tiga wilayah pengelolaan perikanan dengan total area 8,3 juta hektare. Empat komponen utama yang dikembangkan meliputi penguatan kelembagaan konservasi, pembangunan ekonomi lokal, pembiayaan berkelanjutan (blue financing), serta manajemen proyek terpadu.
Targetnya, lebih dari 75 ribu orang akan menjadi penerima manfaat langsung, termasuk 30 persen kelompok perempuan pesisir.
Banda Neira diproyeksikan sebagai pusat pengembangan ekonomi pesisir berkelanjutan yang memadukan alam dan budaya. KKP bersama mitra akademik mendorong lima pilar utama, mulai dari diversifikasi ekowisata sejarah dan bahari, pembentukan koperasi wisata maritim, pembangunan dermaga wisata dan museum budaya laut, hingga pelatihan masyarakat sebagai storyteller dan pemandu wisata bersertifikat.
Direktur Jasa Bahari Ditjen Pengelolaan Kelautan KKP, Enggar Sadtopo, menambahkan bahwa pendanaan program dilakukan melalui tiga skema hibah, mulai dari micro grant senilai Rp150 juta hingga matching grant sebesar Rp1,25 miliar.
“Kami ingin memastikan ekonomi tumbuh tanpa merusak laut,” tegasnya.
Rektor Universitas Banda Neira, Muhammad Farid, menyebut kawasan ini sebagai “laboratorium hidup” pembangunan berkelanjutan yang membutuhkan kolaborasi lintas sektor. Sementara itu, Kastana Sapanli dari IPB University menekankan potensi Banda Neira sebagai bagian dari coral triangle dan spice islands, yang ideal untuk pengembangan eco-diving, wisata rempah, dan agrowisata pala.
Banda Neira diharapkan menjadi model integrasi laut dan budaya yang tidak hanya menjaga kelestarian lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
Tinggalkan Komentar
Komentar