periskop.id - Pemerintah optimis menghadapi pertumbuhan ekonomi di tanah air. Bahkan, pemerintah menyebut investasi menjadi pelopor utama kemandirian ekonomi nasional.

HIngga September 2025, realisasi investasi mencapai Rp1.434,3 triliun atau 75,3% dari target hingga menyerap 1,96 juta tenaga kerja. Investasi hilirisasi tumbuh 58,1% secara tahunan (year on year) menjadi Rp431,4 triliun. Data ini menunjukkan percepatan industri yang bernilai tambah.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjabarkan, data Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), investasi mencapai Rp294,4 triliun dengan 187 ribu tenaga kerja. Pemerintah juga mendorong ekosistem kendaraan listrik dan semikonduktor dengan target menguasai 9% pasar global pada 2030.

Asal tahu saja, ekonomi nasional mencatat pertumbuhan sebesar 5,12% (yoy) pada kuartal II, mencerminkan efektivitas sinergi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil dalam menjaga keseimbangan dan mendorong aktivitas ekonomi. Inflasi juga berada dalam rentang sasaran 2,5% ±1%, dimana pada Oktober 2025, inflasi tercatat sebesar 2,86% (yoy), ini disebabkan oleh tren kenaikan harga komoditas emas perhiasan.

“Kita lihat juga dari segi manufaktur kita ekspansi 51,2. Jadi lebih optimis lagi untuk melihat perkembangan global dengan perbaikan daripada berbagai negara sudah deal dengan Amerika Serikat terkait dengan tarif. Jadi ketidakpastian sudah relatif menurun walaupun pertumbuhan ekonomi diperkirakan tahun depan belum normal. Namun Indonesia melihat pertumbuhan ekonomi ke depan lebih optimis dibandingkan tahun ini,” tutur Airlangga, dikutip Rabu (5/11).

Selain menggenjot investasi, pemerintah juga mendorong kemandirian pangan, energi, air, serta pengembangan ekonomi kreatif hijau dan biru. Pemerintah juga berkomitmen mempercepat transisi menuju ekonomi hijau dengan target net zero emission sebelum 2060 melalui pengembangan EBT sebesar 1.000 gigawatt, elektrifikasi, efisiensi energi, Carbon Capture Storage (CCS), dan pembangunan green super grid hingga 70 ribu.

Pemerintah juga terus membangun 33 PLTSa berkapasitas 20 MW yang didukung Patriot Fund untuk mempercepat kebersihan kota dan pariwisata dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Kemudian, di sektor ekosistem ekonomi digital, Indonesia telah mencatat kemajuan penting melalui kesepakatan ASEAN DEFA yang berpotensi mendorong nilai ekonomi digital ASEAN pada 2030 dari sekitar Rp1 triliun menjadi Rp2 triliun. Indonesia juga akan meningkatkan nilai ekonomi digital dari Rp400 triliun menjadi Rp600 triliun.

"Dengan begitu, kebutuhan SDM kita di bidang digital yang 500 ribu (per tahun) ini harus terus kita pacu karena ekonomi digital itu terkait dengan infrastruktur, terkait juga dengan data center, startup, artificial intelligence, dan juga kemampuan kita untuk mendorong supply chain di semikonduktor. Nah, ini menjadi pemicu perekonomian ke depannya," sambung Menko Airlangga.