periskop.id - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) merespons pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2025 yang tercatat sebesar 5,04%. Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef, Ahmad Heri Firdaus menyoroti tingkat konsumsi rumah tangga yang menjadi sumber pertumbuhan terbesar, yaitu 2,54% di triwulan III 2025.
Ahmad mengatakan, pertumbuhan di sektor konsumsi rumah tangga di Indonesia terlihat semakin sulit untuk meningkat secara signifikan di atas laju pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kalau dilihat pertumbuhan konsumsi rumah tangga kita sepertinya semakin sulit untuk tumbuh jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional," kata Ahmad Kamis (6/11).
Berdasarkan data tahun 2014, ketika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai sekitar 0,5%, konsumsi rumah tangga justru tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat menjadi penopang utama aktivitas ekonomi di tengah perlambatan pertumbuhan.
Namun, seiring membaiknya kinerja ekonomi dan meningkatnya pertumbuhan hingga sekitar 5,5%, ruang bagi konsumsi rumah tangga untuk tumbuh lebih cepat dari rata-rata nasional menjadi semakin terbatas. Artinya, ketika ekonomi sudah berada pada level yang lebih stabil dan tinggi, pola konsumsi masyarakat cenderung tidak meningkat sepesat sebelumnya.
Keterbatasan tersebut membuat peran konsumsi rumah tangga dalam mendorong laju ekonomi menjadi tidak sekuat pada periode pertumbuhan rendah. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang menghambat akselerasi ekonomi Indonesia untuk mencapai tingkat pertumbuhan 6% atau lebih.
"Nah, ini menjadi PR tersendiri bagaimana pemerintah mengambil bukan cuma daya beli masyarakat, tapi juga kepercayaan masyarakat konsumen dalam melakukan belanjanya," jelasnya.
Ia menilai bahwa selain upaya meningkatkan daya beli masyarakat, dibutuhkan juga strategi untuk memperkuat kepercayaan konsumen agar mereka merasa yakin dan tepat dalam melakukan pembelian. Dari sisi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), tercatat adanya peningkatan meski masih terbatas. Sementara itu, kinerja ekspor menunjukkan tren positif, terutama pada produk seperti aluminium, baja, dan komponen otomotif.
Meski demikian, pertumbuhan di sektor-sektor tersebut dinilai belum cukup kuat untuk mendorong ekonomi mencapai tingkat 6%. Masih terdapat sejumlah tantangan struktural dan kerentanan ekonomi yang perlu dibenahi agar akselerasi pertumbuhan dapat lebih berkelanjutan.
Tinggalkan Komentar
Komentar