Periskop.id - International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 4,7% pada tahun 2025. Angka ini menempatkan Indonesia di peringkat keenam dari 50 negara dengan ekonomi terbesar di dunia, menunjukkan pertumbuhan yang signifikan di tengah kondisi ekonomi global yang beragam.

Proyeksi ini mengukur pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil, yaitu output ekonomi yang disesuaikan dengan inflasi. Perhitungan ini memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kinerja ekonomi yang sebenarnya, bukan hanya kenaikan harga.

Menurut data yang dipublikasikan, sepuluh negara teratas dengan proyeksi pertumbuhan tercepat di 2025 adalah:

  1. India: 6,2%
  2. Argentina: 5,5%
  3. Filipina: 5,5%
  4. Vietnam: 5,2%
  5. Kazakhstan: 4,9%
  6. Indonesia: 4,7%
  7. Arab Saudi: 4,6%
  8. Malaysia: 4,1%
  9. Meksiko: -0,3%
  10. Austria: -0,3%

Analisis Pertumbuhan Negara-negara Teratas

Melansir dari Civixplorer, India berada di puncak daftar, diuntungkan oleh kuatnya investasi publik, kebijakan manufaktur, dan upaya untuk menarik investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) bernilai tinggi. Sementara itu, Argentina menunjukkan pemulihan signifikan berkat perubahan kebijakan dan pembukaan kembali pasar yang meningkatkan pendapatan komoditas dan ekspektasi investasi.

Negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam dan Filipina juga diproyeksikan tumbuh pesat. Keduanya diuntungkan oleh sektor manufaktur berorientasi ekspor, pengiriman uang (remitansi), dan kembalinya FDI di tengah pergeseran rantai pasokan dari Tiongkok. Indonesia, dengan pertumbuhan 4,7%, unggul dari negara tetangga seperti Malaysia yang diproyeksikan tumbuh 4,1%.

Tantangan Ekonomi Global

Di sisi lain, beberapa negara menghadapi perlambatan ekonomi. Contohnya adalah Meksiko dan Austria, yang diproyeksikan mengalami pertumbuhan negatif. Proyeksi yang lebih rendah untuk Meksiko mencerminkan ketidakpastian domestik, faktor waktu, dan friksi perdagangan yang muncul tahun ini. Sementara itu, beberapa ekonomi maju besar, seperti Jerman, menghadapi tantangan dari melemahnya permintaan eksternal dan hambatan industri.