periskop.id - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan pada tahun 2030 volume transaksi dan keuangan digital Indonesia akan melonjak hingga empat kali lipat dibandingkan saat ini.
Sebelumnya, di tahun 2019 saat Covid-19 Indonesia bangkit dan tumbuh positif untuk digitalisasi pembayaran. Grafik keuangan digital menunjukkan saat ini mencapai 37 miliar transaksi dan akan naik 4 kali lipat menjadi 147,3 miliar transaksi lima tahun mendatang.
“Ya dari sekitar 37 miliar transaksi per tahun saat ini diperkirakan akan menembus 147 miliar transaksi per tahun dalam lima tahun mendatang," kata Perry dalam opening ceremony FEKDI x IFSE di JICC Senayan, Kamis (29/10).
Perry menyebut Nilai transaksi pun diproyeksi akan tumbuh dari sekitar Rp500 triliun menjadi lebih dari Rp2.000 triliun. Pertumbuhan ini menunjukan pesatnya pertumbuhan ekosistem keuangan tanah air yakni e-commerce,QRIS, dan BI Fast.
Sementara untuk transaksi digital seperti online banking, mobile banking termasuk penggunaan qris sudah mencapai 13 ribu transaksi dan menembus hampir 67 triliun.
“Alhamdulilahnya Indonesia saat ini sudah menjadi The Fastest of Growing Digital Economic and Sustainable di dunia” ujarnnya.
Dalam lima tahun yang akan datang melalui acara ini Bank Indonesia akan terus bergerak maju untuk berkolaborasi menjadi keuangan Indonesia yang cepat, terbaik bagi ekonomi digital Indonesia.
Meski optimis, Perry mengatakan, keuangan digital juga mengandung risiko, pihaknya perlu mengedepankan dan meningkatkan risiko cyber, perlindungan konsumen, serta perlu terciptanya transaksi keuangan digital tetap aman.
Selain itu, dukungan program Asta Cita yang dicetuskan presiden RI menjadi penting untuk mendukung Indonesia maju dengan digitalisasi ekonomi keuangan dan sistem pembayaran yang stabil dan aman.
Namun, sebelum itu perlu adanya penekanan sinergi antara regulator industri dan pelaku usaha untuk mendorong tercapainya visi di tahun 2030.
Perry menegaskan fokus pada penguatan infrastruktur, konsolidasi industri, inovasi, kerja sama internasional, serta pengembangan rupiah digital guna mendorong inklusi berkelanjutan dan percepatan layanan digital.
Tinggalkan Komentar
Komentar