periskop.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa pemerintah telah merampungkan tahap studi kelayakan (feasibility study) untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). 

Studi yang dilakukan bersama Jepang dan Amerika Serikat tersebut terkait dengan pengembangan teknologi reaktor modular kecil (Small Modular Reactor/SMR).

“Ini juga menjadi salah satu yang kemarin sudah di-MoU-kan dengan Amerika dan Jepang, yang mana terkait teknologinya. Sekarang feasibility study-nya sudah selesai,” ucap Airlangga di Jakarta, Rabu (17/9).

Airlangga menjelaskan, setelah tahap studi kelayakan ini selesai, pemerintah akan segera mempersiapkan proses selanjutnya, yaitu perizinan untuk konstruksi serta aspek legalitas lainnya. 

Energi nuklir dinilai menjadi salah satu solusi penyediaan energi bersih di masa depan.

Ia menambahkan, teknologi SMR ini memiliki keunggulan modular yang memungkinkan penambahan kapasitas secara bertahap. 

“Dan kalau kita mau naikkan lagi skalanya, dia seperti cartridge yang bisa ditambahkan dari 70 MW menjadi 140 MW, dan dari 140 MW menjadi 220 MW,” ujar Airlangga.

Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia telah menyampaikan bahwa peta jalan pengembangan PLTN menargetkan kapasitas hingga 500 MW pada 2034. 

Rencananya, PLTN akan dibangun di Sumatera dan Kalimantan, di mana Kalimantan Barat tercatat memiliki potensi uranium yang signifikan.

Proyek PLTN ini rencananya akan dikembangkan oleh PT PLN Indonesia Power yang berkolaborasi dengan perusahaan NuScale Power dari Amerika Serikat dan JGC Corporation dari Jepang.