periskop.id - Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menegaskan pentingnya peningkatan produktivitas sebagai kunci untuk memperkuat daya saing industri nasional di tengah persaingan global yang semakin ketat. Menurutnya, kemampuan industri dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi dan efisien sangat bergantung pada bagaimana produktivitas dikelola dan ditingkatkan di berbagai sektor.
“Produktivitas berperan penting sebagai strategi untuk mengoptimalkan mutu produk, proses kerja, dan daya saing perusahaan,” ujarnya dalam acara kick off Pekan Peningkatan Produktivitas Nasional yang digelar secara daring, Senin (10/11).
Yassierli menjelaskan, peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui empat pendekatan utama yang disebut 4P, yakni people, product, process, dan policy. Keempat aspek tersebut saling berkaitan dan menjadi pondasi penting dalam upaya memperkuat posisi industri Indonesia di pasar domestik maupun global.
Ia menilai, pendekatan ini sangat relevan mengingat industri dalam negeri saat ini membutuhkan strategi komprehensif untuk menyesuaikan diri dengan dinamika ekonomi, teknologi, dan kebutuhan pasar yang terus berubah. Tanpa langkah nyata, produktivitas nasional dikhawatirkan sulit menembus standar kompetitif negara lain di kawasan.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja Indonesia mencapai 153,05 juta orang. Dari total tersebut, mayoritas masih berada pada tingkat pendidikan dasar hingga menengah. Sekitar 39 persen bekerja di sektor formal, sedangkan 56 persen lainnya masih berada di sektor informal.
Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Oleh karena itu, strategi skilling, upskilling, dan reskilling menjadi sangat penting agar pekerja mampu beradaptasi terhadap transformasi teknologi, perkembangan kecerdasan buatan (AI), serta peluang kerja di sektor ramah lingkungan (green jobs).
Data juga menunjukkan bahwa dalam enam tahun terakhir, produktivitas tenaga kerja Indonesia masih sekitar 10 persen lebih rendah dibandingkan rata-rata negara anggota ASEAN.
Rata-rata produktivitas tenaga kerja di kawasan mencapai sekitar 30,2 ribu dolar AS per pekerja, sementara Indonesia baru mencapai 28,6 ribu dolar AS per pekerja. Dengan capaian tersebut, Yassierli menekankan perlunya terobosan baru agar Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan meningkatkan posisi kompetitifnya.
“Kita harus mampu berinovasi dan bertransformasi agar bisa bersaing dengan negara-negara seperti China, Vietnam, dan India,” pungkasnya.
Tinggalkan Komentar
Komentar