Periskop.id - Perumda Pasar Jaya secara konsisten membenahi dan merevitalisasi pasar tradisional yang ada di Jakarta. Hal ini untuk memperkuat eksistensinya di tengah pesatnya perubahan gaya hidup masyarakat.

"Kami berupaya menjadikan pasar sebagai pusat ekonomi rakyat yang modern tanpa kehilangan jati dirinya," kata Manajer Hubungan Masyarakat (Humas) Perumda Pasar Jaya, Fahrizal Irfan di Jakarta, Rabu (17/9). 

Menurut dia, perusahaan daerah itu secara konsisten melaksanakan program revitalisasi dan pembangunan pasar. Langkah ini menjadi bagian dari strategi untuk menjadikan pasar tradisional lebih modern, nyaman dan mampu bersaing dengan pusat perbelanjaan maupun platform daring.

Sepanjang periode 2023-2025, pihaknya telah menyelesaikan pengecatan eksterior pada 67 pasar serta melakukan revitalisasi dan pembangunan di 12 pasar yang tersebar di wilayah Jakarta.

Upaya itu tidak hanya berfokus pada perbaikan fisik bangunan, tetapi juga pada peningkatan fasilitas penunjang. Di antaranya, area parkir, sistem drainase, sanitasi, sarana prasarana umum, hingga penataan kios agar lebih rapi, higienis dan representatif.

Selain itu, untuk menghidupkan kembali aktivitas di pasar, perusahaan milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta itu juga menghadirkan fasilitas olahraga di 19 pasar, di antaranya lapangan futsal, badminton hingga mini soccer.

"Sehingga pasar dapat berfungsi tidak hanya sebagai pusat transaksi jual-beli, tetapi juga sebagai ruang interaksi dan aktivitas masyarakat," ujarnya.

Irfan menambahkan, sejumlah pasar telah selesai pembangunan dan diresmikan. Pada awal 2024, pihaknya telah meresmikan Pasar Jatirawasari (Jakarta Pusat) dan Pasar Cilincing, (Jakarta Utara).

Sedangkan pada 2025, pembangunan dan revitalisasi Pasar Hexagon, Pasar Sumur Batu, Pasar Kalideres serta Pasar Kombongan telah rampung. Dilanjutkan dengan rencana peresmian Pasar Kombongan pada tahun ini.

Revitalisasi dan pembangunan pasar ini juga menjadi bagian dari upaya dalam menciptakan pasar yang tidak hanya berfungsi sebagai pusat transaksi jual-beli, tetapi juga sebagai ruang interaksi sosial, penguatan ekonomi lokal serta lingkungan yang ideal dalam mendukung aktivitas ekonomi masyarakat.

Dengan program yang berkelanjutan, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) tersebut menargetkan pembangunan dan revitalisasi pasar akan terus dilakukan secara bertahap pada tahun- tahun mendatang.

"Hal ini sejalan dengan visi menjadikan Jakarta sebagai kota global yang mampu menyediakan fasilitas publik modern, inklusif dan berdaya saing," ucapnya. 

Tim Penyelamat

Sebelumnya, Pusat Koperasi Pedagang Pasar (Puskoppas) DKI meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membentuk tim penyelamat pasar tradisional agar bisa kembali diminati masyarakat di tengah arus globalisasi.

"Kami meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membentuk tim penyelamatan pedagang dan pasar se-Jakarta," kata Ketua Umum Puskoppas DKI Gusnal.

Gusnal mengatakan, tim itu nantinya terdiri dari unsur pemerintah, legislatif, pengelola dan pedagang yang disatukan untuk membuat ide terobosan bagi pasar tradisional. Ia berharap, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan Perumda Pasar Jaya, melakukan upaya-upaya untuk meramaikan dan memajukan pasar.

Kemudian, dia berharap nantinya tim tersebut juga akan meninjau ulang Perda No 7 Tahun 2018 yang mengatur pengelolaan dan pengembangan usaha Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Jaya. Lalu, juga diharapkan mampu menghapuskan tunggakan biaya pengelolaan pasar pedagang yang terjadi akibat dari kondisi covid-19.

"Diharapkan biaya pengelolaan untuk yang akan datang mendapat keringanan 50 persen sampai kondisi pasar pulih kembali," tukasnya.

Permintaan ini telah disampaikan Puskoppas DKI kepada Gubernur DKI Pramono Anung melalui audiensi di Balai Kota pada Rabu (10/9) kemarin. Pramono sendiri dikatakannya turut prihatin dengan kondisi pasar tradisional saat ini dan mempertimbangkan membentuk tim penyelamat tersebut.

"Pak Gubernur sepakat akan membentuk tim penyelamat pedagang pasar tradisional yang terdiri dari Pemda, DPRD DKI, Pasar Jaya dan unsur pedagang," serunya. 

Puskoppas DKI Jakarta mengatakan sebanyak 60 dari 153 pasar tradisional yang dikelola Perumda Pasar Jaya di Jakarta dalam kondisi kumuh dan rawan banjir.

Pasar-pasar tersebut menjadi tak terawat dan kosong lantaran pedagang tidak sanggup membayar biaya pengelolaan pasar secara non-tunai dan efisien atau disebut Sistem Manajemen Kas (Cash Management System/CMS).

Sejumlah pasar kumuh tersebut di antaranya Pasar Sukapura, Pasar Lontar, Pasar Sindang, dan Pasar Rawabadak (Jakarta Utara). Pasar Pulogadung, Pasar Rawamangun, Pasar Ampera, Pasar Ciplak dan Pasar Kampung Ambon (Jakarta Timur).

Lalu, Pasar Cempaka Putih, Pasar Paseban, Pasar Serdang, dan Pasar Jelambar Polri (Jakarta Pusat). Pasar Blok A, Pasar Radio Dalam, Pasar Mampang Prapatan dan Pasar Warung Buncit (Jakarta Selatan).