Periskop.id - Meskipun keduanya adalah sosok yang sangat kompeten di bidang ekonomi, Menteri Keuangan sebelumnya, Sri Mulyani, dan Menteri Keuangan saat ini, Purbaya Yudhi Sadewa, memiliki gaya yang berbeda dalam mengelola kebijakan fiskal. Jika Purbaya dikenal dengan pendekatan "koboi" yang berani mengambil langkah berisiko seperti mengguyurkan likuiditas Rp200 triliun ke perbankan, Sri Mulyani justru dikenal dengan pendekatannya yang cenderung lebih hati-hati dan terukur. Perbedaan gaya ini tidak hanya mencerminkan strategi ekonomi, tetapi juga dapat dikaitkan dengan temuan menarik dari riset psikologi keuangan.

Perempuan Lebih Enggan Ambil Risiko Dibanding Laki-laki

Sebuah studi dari School of Management, University of Bath, yang diterbitkan dalam British Journal of Psychology pada 2023, menemukan bahwa perempuan cenderung lebih enggan mengambil risiko dibandingkan laki-laki. Temuan ini penting dan dapat membantu menjelaskan perbedaan hasil antara perempuan dan laki-laki di berbagai sektor, termasuk pasar keuangan dan manajemen puncak.

Menurut peneliti, Dr. Chris Dawson, Associate Professor di bidang ekonomi bisnis, perbedaan ini disebabkan oleh dua faktor psikologis utama: aversi terhadap kerugian (loss aversion) dan optimisme.

"Sudah diakui luas bahwa laki-laki, di banyak bidang, lebih berisiko daripada perempuan. Perbedaan cara memandang risiko ini bisa berdampak besar," kata Dr. Dawson.

Ia menjelaskan bahwa saat membuat keputusan berisiko, orang akan menilai kemungkinan kerugian dan seberapa menyakitkan kerugian tersebut. Ia menemukan bahwa perempuan lebih berhati-hati karena cenderung lebih fokus pada kemungkinan rugi dan membayangkan rasa sakit dari potensi kerugian itu.

Aversi Kerugian dan Optimisme Jadi Penjelasnya

Riset Dr. Dawson menganalisis data dari 13.575 responden British Household Panel Survey untuk melihat bagaimana perubahan pendapatan rumah tangga dari tahun ke tahun berkaitan dengan kesejahteraan psikologis. Hasilnya menunjukkan bahwa kerugian pendapatan terasa kurang menyakitkan bagi laki-laki dibandingkan perempuan, sementara respons psikologis terhadap kenaikan pendapatan tidak menunjukkan perbedaan signifikan.

Studi ini juga menemukan bahwa laki-laki jauh lebih optimistis. Ketika ditanya tentang kondisi keuangan mereka setahun ke depan, laki-laki memberikan respons yang lebih positif daripada perempuan. Optimisme ini diduga berkaitan dengan rasa percaya diri berlebih yang sering disoroti oleh studi-studi lain. Secara keseluruhan, studi ini menemukan bahwa 53% dari kesenjangan dalam pengambilan risiko dijelaskan oleh tingkat aversi terhadap kerugian yang lebih tinggi pada perempuan, dan 3% dijelaskan oleh optimisme finansial yang lebih rendah.

Kaitannya dengan Gaya Sri Mulyani dan Purbaya

Temuan ini memberikan perspektif menarik untuk menganalisis perbedaan gaya Purbaya dan Sri Mulyani.

Sri Mulyani, sebagai perempuan, bisa jadi secara alamiah memiliki tingkat aversi terhadap kerugian yang lebih tinggi. Pendekatan ini tercermin dalam kebijakan fiskalnya yang selalu berhati-hati, memprioritaskan stabilitas anggaran, dan menghindari risiko fiskal yang tidak perlu. Keputusan-keputusannya sering kali didasarkan pada perhitungan yang matang untuk meminimalkan potensi dampak negatif terhadap ekonomi.

Di sisi lain, Purbaya, dengan julukan ‘menteri koboi’, menunjukkan karakteristik yang sejalan dengan temuan riset ini pada laki-laki. Ia berani mengambil langkah-langkah out of the box dan berisiko tinggi, seperti mengguyurkan dana Rp200 triliun langsung ke perbankan dengan harapan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. Pendekatan ini mencerminkan optimisme yang lebih besar terhadap hasil yang menguntungkan dan kesediaan untuk menanggung risiko yang lebih tinggi demi mencapai target yang ambisius.

Tentu saja, gaya kepemimpinan seorang menteri keuangan tidak hanya dipengaruhi oleh gender. Pengalaman, latar belakang, dan situasi ekonomi juga memainkan peran krusial. Namun, analisis psikologis ini memberikan wawasan baru tentang mengapa Sri Mulyani dan Purbaya memiliki pendekatan yang berbeda, yang pada akhirnya dapat membantu menjelaskan berbagai keputusan penting yang mereka ambil.