periskop.id - Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan ketahanan eksternal tetap terjaga dan nilai tukar rupiah tetap terkendali di tengah ketidakpastian global. Menurutnya, hal itu terlihat pada posisi cadangan devisa pada akhir September 2025 yang tetap kuat sebesar USD148,7 miliar, setara dengan pembiayaan 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
"Pada akhir triwulan III 2025, Rupiah sempat melemah sebesar 1,05% ptp dibandingkan dengan level pada akhir Agustus 2025 sejalan dengan ketidakpastian global yang cukup tinggi," kata Purbaya dalam konferensi pers Hasil Rapat Komite KSSK IV 2025, ditulis Selasa (4/11).
Ia menerangkan, nilai tukar rupiah kembali menguat pada Oktober 2025 didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia (BI), di mana pada 31 Oktober 2025 tercatat sebesar Rp16.630 per dolar AS, atau menguat 0,21% ptp dibandingkan dengan level pada akhir September 2025.
"Peningkatan konversi valas ke Rupiah oleh eksportir seiring penerapan penguatan kebijakan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) juga mendukung tetap terkendalinya nilai tukar rupiah," terang dia.
KSSK telah menyelenggarakan Rapat Berkala KSSK ke-empat tahun 2025 pada Jumat 31 Oktober 2025. Rapat tersebut menyepakati untuk terus memperkuat sinergi dan koordinasi kebijakan antar lembaga anggota KSSK, maupun dengan kementerian atau lembaga lain dalam upaya memastikan agar KSSK senantiasa terjaga sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.
Purbaya menambahkan, stabilitas sistem keuangan RI pada kuartal III 2025 tetap terjaga. Menurut dia, ekspektasi perbaikan ekonomi ke depan mulai menguat, seiring dengan upaya pemerintah dan otoritas terkait menjaga arus likuiditas dan stabilitas nilai tukar.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi dunia masih menghadapi tantangan akibat dampak tarif impor Amerika Serikat (AS) yang menyebabkan ketidakpastian tetap tinggi. Hal ini mempengaruhi aliran perdagangan dan sentimen pasar global, sehingga memerlukan koordinasi kebijakan yang matang antar negara.
Di AS, aktivitas ekonomi yang masih lemah berdampak pada berlanjutnya pelemahan pasar tenaga kerja, sehingga mendorong Bank Sentral (The Fed) menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Oktober 2025 menjadi kisaran 3,75 hingga 4%. Menurut Purbaya, dinamika ini turut mempengaruhi nilai tukar dan aliran modal global, sehingga koordinasi kebijakan domestik menjadi sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
                                                    
                                                            
                        
                        
                                                
Tinggalkan Komentar
Komentar