periskop.id - Di tengah gurun Persia kuno, berdiri struktur batu melingkar yang sunyi, menjulang di atas lanskap tandus. Bangunan ini dikenal sebagai Dakhma atau Tower of Silence (Menara Keheningan), sebuah monumen yang menyimpan kisah panjang tentang keyakinan, kesucian, dan hubungan manusia dengan alam semesta.

Mengutip berbagai sumber, Dakhma adalah bagian dari tradisi pemakaman agama Zoroastrianisme, salah satu agama monoteistik tertua di dunia yang lahir di wilayah Iran kuno lebih dari 3.000 tahun lalu. 

Dalam ajaran ini, tanah, air, dan api dianggap unsur suci yang tidak boleh dicemari oleh jasad manusia yang telah meninggal.

Alih-alih mengubur atau membakar jenazah, umat Zoroaster memilih untuk menyerahkannya kepada alam dengan cara yang cukup berbeda. Tubuh yang telah meninggal diletakkan di atas menara terbuka, terpapar sinar matahari dan angin, serta menjadi santapan burung pemakan bangkai. Proses ini pun mirip dengan tradisi pemakaman sky burial atau penguburan langit yang dilakukan masyarakat Tibet.

Struktur Dakhma biasanya berbentuk menara bundar dengan dinding tinggi. Bagian atasnya datar dan dibagi menjadi tiga lingkaran konsentris: lingkaran luar untuk laki-laki, lingkaran tengah untuk perempuan, dan lingkaran dalam untuk anak-anak. Di tengah menara terdapat sumur tulang, tempat sisa-sisa kerangka dikumpulkan setelah proses alam selesai.

Bagi penganut Zoroastrianisme sendiri, kematian bukanlah akhir, melainkan transisi. Tubuh dianggap sebagai “wadah” yang setelah kematian menjadi tidak murni (nasu). 

Dengan menyerahkannya kepada burung nasar, mereka percaya bahwa jiwa dapat melanjutkan perjalanan tanpa mencemari unsur-unsur suci bumi.

Praktik ini juga mencerminkan filosofi ekologis yang mendalam. Tidak ada asap pembakaran yang mencemari udara, tidak ada tanah yang digali untuk kuburan, dan tidak ada bahan kimia pengawet yang meresap ke dalam bumi. Semua kembali ke siklus alam dengan cepat dan efisien.

Sejarah mencatat bahwa Dakhma telah digunakan selama berabad-abad di Iran, India, dan wilayah Asia Tengah. Di Iran, menara-menara ini biasanya dibangun di puncak bukit atau di luar kota, jauh dari pemukiman, untuk menjaga kebersihan dan kesucian lingkungan.

Namun, pada abad ke-20, praktik ini mulai menghadapi tantangan. Modernisasi, urbanisasi, dan perubahan hukum membuat praktik Dakhma menurun. Di Iran, pemerintah melarangnya pada 1970-an, memaksa komunitas Zoroaster untuk mencari metode pemakaman alternatif.

Di India, komunitas Parsi masih mempertahankan tradisi ini, terutama di Mumbai. Meski demikian, mereka menghadapi masalah ekologis baru: populasi burung nasar menurun drastis akibat keracunan pestisida, sehingga proses penguraian alami menjadi lebih lambat.

Untuk mengatasi masalah tersebut, beberapa Dakhma di India kini dilengkapi dengan teknologi modern seperti panel surya yang memancarkan panas untuk mempercepat proses penguraian. Adaptasi ini menunjukkan bagaimana tradisi kuno dapat bertransformasi tanpa kehilangan makna spiritualnya.

Dakhma bukan sekadar menara batu; ia adalah simbol hubungan manusia dengan alam, keyakinan akan kesucian unsur-unsur, dan penghormatan terhadap siklus kehidupan. 

Meski jumlahnya semakin sedikit, Menara Keheningan tetap berdiri sebagai saksi bisu dari peradaban yang memandang kematian dengan cara yang berbeda, bukan sebagai akhir, melainkan sebagai kembalinya manusia ke pelukan alam.