periskop.id - Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak lepas dari peran sektor pertanian, yang menjadi penopang bagi jutaan masyarakat terutama di pedesaan. Meski kontribusinya cukup besar, pertumbuhan sektor ini ternyata masih tertinggal dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Ekonom muda dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Talattov, menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya sektor pertanian.

"Sektor ini penting karena menyerap tenaga kerja terbesar, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah yang tinggal di pedesaan," jelasnya di Jakarta dalam Seminar Indef secara daring, Kamis (6/11).

Abra juga meninjau perubahan ekonomi sebelum dan selama pandemi Covid-19 di tahun 2019 hingga 2025 di sektor pertanian yang justru meningkat dari 13% menjadi 14%. Dengan rata-rata pertumbuhan sebelum Covid 3,84% per kuartal dan pasca-Covid menjadi 2,24% secara tahunan.

Selama periode 2019 hingga 2025, pangsa sektor pertanian justru meningkat dari 13% menjadi 14%. Sebelum pandemi Covid-19, pertumbuhan sektor ini rata-rata 3,84% per kuartal, tetapi menurun menjadi 2,24% per tahun pasca pandemi.

Meski demikian, jika ditelaah lebih jauh, pada kuartal III 2025 pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) menunjukkan kenaikan dibanding kuartal sebelumnya. Namun, pertumbuhan sektor pertanian sebesar 4,93% masih sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang mencapai 5,04%.

"Hal ini menegaskan bahwa meskipun sektor pertanian berkontribusi signifikan, pertumbuhannya belum mampu melampaui rata-rata ekonomi nasional," sambungnya.

Abra juga mengatakan, secara historis selama 15 tahun terakhir sejak 2011, pertumbuhan sektor pertanian menunjukkan tren penurunan yang berkelanjutan, bahkan lebih dalam dibandingkan perlambatan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menghadapi tekanan yang signifikan dan kondisi tersebut berisiko memengaruhi pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional.