periskop.id - Dokter Subspesialis Kedokteran Olahraga dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), dr. Listya Tresnanti Mirtha, Sp.KO., Subsp.APK(K), MARS, mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai kemunculan nyeri dada saat beraktivitas fisik, terutama saat berlari. Hal ini disampaikannya dalam sebuah diskusi kesehatan di Jakarta, Selasa (9/9), yang dilansir oleh Antara.
"Jadi ketika nyeri dada ketika berolahraga, ya nomor satu ditunda dulu untuk betul-betul dipastikan. Apakah nyeri ini ada kaitannya dengan gangguan di jantung, atau karena kurangnya persiapan,” ungkap Listya.
Menurutnya, nyeri dada dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya pemanasan sebelum berolahraga. Ia menyarankan untuk berhenti sejenak dan mengamati rasa nyeri tersebut. Jika rasa nyeri berangsur hilang, kemungkinan penyebabnya bukanlah penyakit jantung. Namun, jika nyeri terus berulang, Listya menyarankan untuk segera memeriksakan diri.
Meski demikian, ia juga mengingatkan agar masyarakat tidak terlalu paranoid.
"Tapi juga jangan terlalu parno (paranoid), karena sering kali kurang pemanasan dan latihan yang berlebihan. Jadi terlalu sering tidak dengan tahapan yang benar, itu juga bisa menyebabkan nyeri dada juga,” tambahnya.
Listya menjelaskan, tanda-tanda nyeri dada yang mengindikasikan harus berhenti berolahraga adalah jika rasa sesak di dada disertai dengan nyeri kepala. Ia menyarankan agar tidak langsung berhenti, melainkan dengan mengurangi kecepatan terlebih dahulu atau berjalan.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya kesiapan diri sebelum memulai olahraga. Ia mengingatkan agar tidak memaksakan diri untuk mengikuti pencapaian orang lain atau hanya karena takut tertinggal tren (fear of missing out atau FOMO).
"Fomo itu boleh, tapi kita harus mengukur sejujur-jujurnya, dan tidak pernah boleh pasang target seperti orang lain. Target kita itu adalah target kita, harus sesuai dengan bagaimana start kita, jadi nggak boleh malu,” tutup Listya.
Tinggalkan Komentar
Komentar