Periskop.id - PT Bahana Security Sistem (BSS Parking) mengumumkan kesiapannya untuk melangsungkan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) di pasar modal Indonesia. Seiring rencana itu, perseroan telah melakukan pembukaan kantor cabang baru yaitu di Surabaya, yang melengkapi hadirnya cabang ke empat setelah Manado, Denpasar, dan Jakarta.

“Kehadiran cabang baru ini diharapkan menjadi salah satu fondasi penting dalam memperkuat pertumbuhan bisnis dan kesiapan perusahaan memasuki pasar modal,” ujar Direktur Utama BSS Parking Felix Panjaitan dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (22/9)

Felix mengatakan, pembukaan kantor cabang Surabaya merupakan wujud komitmen perseroan untuk semakin dekat dengan pelanggan dan mitra di Provinsi Jawa Timur. Karena itu, pihaknya ingin memastikan, setiap lokasi parkir dapat dikelola dengan sistem yang lebih efisien, aman, serta terintegrasi.

“Kantor baru ini berlokasi strategis di Surabaya untuk menjawab meningkatnya kebutuhan layanan pengelolaan parkir modern di kawasan Jawa Timur, khususnya di pusat bisnis, rumah sakit, area komersial, hingga kawasan pendidikan,” ujar Felix.

Dalam kesempatan sama, Komisaris BSS Parking Letnan Jenderal TNI (Purn) Tiopan Aritonang menyampaikan apresiasi atas dukungan seluruh tim, mitra, dan pihak-pihak yang berkontribusi dalam mewujudkan kantor cabang Surabaya.

Menurutnya, peresmian ini merupakan langkah strategis perseroan untuk semakin dekat melayani mitra di Jawa Timur. Juga sekaligus menjadi bagian dari perayaan satu dekade BSS Parking yang akan terus dilanjutkan dengan pencapaian target-target baru di masa depan.

Sekadar informasi, BSS Parking merupakan perusahaan teknologi perparkiran yang telah berdiri sejak 2015. Bisnisnya berfokus pada penyediaan solusi sistem parkir otomatis, integrasi akses kontrol, serta pengelolaan operasional parkir di berbagai sektor seperti perkantoran, rumah sakit, kawasan industri, perumahan, hingga tempat wisata.

Antre IPO
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi mengungkapkan, terdapat 10 perusahaan dalam antrean IPO. Mereka tengah menjalani proses penelaahan pernyataan pendaftaran, dengan estimasi nilai emisi sekitar Rp5,3 triliun.

“Mengenai pipeline IPO terbaru, belum ada informasi yang pasti tentang IPO lighthouseakhir tahun ini dan sektor apa yang akan terlibat. Namun demikian, saat ini OJK mencatat terdapat 10 calon emiten yang pernyataan pendaftarannya sedang dalam proses penelaahan di OJK,” kata Inarno dalam konferensi pers hasil RDKB Agustus 2025 di Jakarta.

Inarno mengatakan, jumlah tersebut diyakini akan terus bertambah, mengingat rata-rata laporan keuangan periode Juni yang diaudit menyeluruh biasanya selesai paling lambat September.

“Laporan keuangan cut off Juni biasanya akan digunakan emiten sebagai dokumen pernyataan pendaftaran yang memiliki jangka waktu 6 bulan untuk dapat memperoleh efektif dari OJK yaitu di bulan Desember,” ucapnya. 

Inarno menyampaikan, OJK terus berkomitmen untuk mendorong kualitas dan kuantitas dari emiten yang akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui beberapa regulasi.

Sebagai contoh, OJK telah menerbitkan POJK Nomor 13 Tahun 2025 pada Juni lalu yang antara lain mengatur kewajiban underwriter melakukan uji tuntas terhadap emiten sebelum menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada OJK.

Selain itu, OJK juga sedang mengkaji beberapa peraturan terkait penawaran umum untuk menyederhanakan proses dan menyempurnakan ketentuan sesuai perkembangan terkini. Secara umum, OJK mencatat, penghimpunan dana di pasar modal masih menunjukkan pertumbuhan.

Hingga 29 Agustus 2025, tercatat total nilai penawaran umum mencapai Rp167,92 triliun dengan Rp8,49 triliun di antaranya merupakan fundraising dari 16 emiten baru.

Sementara itu, masih terdapat 21 pipeline penawaran umum dengan nilai indikatif sebesar Rp19,07 triliun. Penawaran umum ini tidak hanya mencakup penawaran umum perdana (initial public offering/IPO), tetapi juga penawaran umum terbatas (PUT) atau rights isuue, efek bersifat utang atau sukuk (EBUS), dan penawaran umum bersama (PUB) EBUS tahap I, II dan seterusnya.

Sampai dengan akhir Agustus 2025, tercatat jumlah investor di pasar modal Indonesia mencapai 18,02 juta. Jumlah ini meningkat sebesar 3,15 juta atau 21,18% secara year to date (ytd).