periskop.id - Banyak penelitian menunjukkan bahwa berada di alam terbuka baik untuk kesehatan. Maka, tidak mengherankan jika tidur di bawah langit berbintang juga membawa manfaat. Namun, bagaimana jika Anda bukan tipe orang yang gemar berkemah?
“Seperti halnya banyak hal yang berkaitan dengan tidur, ada unsur personalisasi yang besar. Apa yang membantu satu orang tidur nyenyak belum tentu berhasil untuk orang lain,” ujar Dr. Jennifer L. Martin, juru bicara American Academy of Sleep Medicine (AASM).
Mengutip Popsci, meski begitu, ada banyak bukti nyata bahwa satu atau beberapa malam di alam terbuka dapat membantu tubuh dan pikiran melakukan reset.
Menurut Martin, ada dua alasan utama mengapa sebagian orang merasa tidur mereka lebih nyenyak saat berada di luar ruangan. Pertama, banyak faktor pengganggu tidur di rumah seperti ponsel pintar, televisi, dan laptop hilang dari lingkungan.
Di alam bebas, listrik dan koneksi internet biasanya terbatas, dan suasananya tenang, sejuk, dan nyaman, faktor-faktir yang dapat mendukung tidur berkualitas.
Kedua, tidur di luar ruangan sering kali terjadi saat seseorang sedang berlibur. Di momen ini tingkat stres secara keseluruhan cenderung menurun.
Alam juga dapat membantu mengatur ulang ritme sirkadian dengan menyelaraskan waktu tidur dan bangun mengikuti terbit dan tenggelamnya matahari. Hal ini menjaga siklus tidur-bangun tetap sehat.
“Tidur manusia banyak berubah sejak adanya pencahayaan buatan dari listrik,” kata Martin. Sebelum itu, sumber cahaya utama selain matahari adalah api.
Meski api unggun juga merupakan cahaya buatan, warna kuning dan merahnya jauh lebih ramah terhadap siklus tidur dibanding cahaya biru terang dari komputer, televisi, atau lampu neon.
Cahaya biru yang mengganggu dapat merusak jam biologis tubuh dan menekan produksi melatonin, hormon yang mengatur ritme sirkadian. Dengan tidur di luar ruangan, kita membatasi paparan cahaya pengganggu ini, sehingga melatonin dapat terbentuk secara alami.
Sinar matahari pagi kemudian membantu menyeimbangkan tubuh dengan memicu produksi serotonin—hormon perasaan bahagia untuk memulai hari.
Martin menekankan bahwa faktor seperti kebisingan, cahaya, dan suhu tetap berperan saat tidur di luar ruangan. Untuk tidur yang optimal, ia menyarankan memilih lokasi yang jauh dari jalan raya agar terhindar dari sorot lampu kendaraan.
Suara alam biasanya lebih menenangkan dibanding suara buatan, namun sumbat telinga bisa dibawa untuk berjaga-jaga. Pastikan juga membawa sleeping bag yang sesuai, lapisan pakaian yang cukup hangat, dan alas tidur yang nyaman.
Bagi yang merasa tertekan dengan ide tidur di tenda, Martin menyarankan glamping, camping mewah yang memadukan suasana alam dengan kenyamanan rumah. Glamping biasanya menawarkan tenda besar atau yurt berperabot, tempat tidur empuk, listrik, bahkan pemanas atau pendingin udara.
Martin menegaskan bahwa tujuan utama tetaplah mendapatkan tidur berkualitas, di mana pun lokasinya. “Tidur yang cukup secara konsisten adalah cara terbaik mencegah masalah kesehatan kronis dan menjaga kesehatan mental. Ini baik untuk sistem imun, mengurangi peradangan, dan membantu mengatur tekanan darah.”
Kebanyakan orang dewasa membutuhkan tidur minimal tujuh jam per malam. Menjaga jadwal tidur yang konsisten juga penting.
“Tidak harus sempurna, tapi usahakan tidur dalam rentang satu jam dari waktu yang sama setiap malam,” pungkas Martin.
Tinggalkan Komentar
Komentar